Oleh: Ustaz Umar Makka (Sekjen SoA)
Syarat utama pembebasan Baitul Maqdis adalah Al-Awdatu Ilalllah (Kembali kepada Allah). Hal itu adalah point yang sangat penting dalam pembebasan Baitul Maqdis. Sebelum memikirkan persenjataan melawan musuh, maka yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah persenjataan yang ada dalam diri setiap muslim. Kekuatan musuh itu terletak pada kelemahan umat Islam.
Di antara sebab kelemahan umat Islam adalah jauh dari syariat Allah Swt dan jauh dari ketaatan kepada-Nya. Hal tersebut ditegaskan dalam surat Al-Insyirah ayat 3-4;
الَّذِىۡۤ اَنۡقَضَ ظَهۡرَكَۙ
“Yang memberatkan punggungmu,”
وَرَفَعۡنَا لَـكَ ذِكۡرَكَؕ
“Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.”
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa penyebab kekalahan umat Islam adalah maksiat kepada Allah. Ada banyak kisah dalam Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut. Begitu pula dalam sejarah perjuangan umat terdahulu dalam melawan para musuh Allah.
Misalnya dalam perang Uhud. Dalam peperangan tersebut umat Islam mengalami kekalahan karena mengindahkan perintah Rasulullah agar pasukan pemanah tidak meninggalkan puncak bukit. Alhasil, kafir Quraisy kala itu berhasil memukul mundur umat Islam.
Demikian pula yang terjadi dengan umat Nabi Musa AS. Saat perjalanan menuju Baitul Maqdis, Bani Israil dibuat tersesat selama 40 tahun di gunung Sinah. Hal itu dikarenakan Bani Israil melanggar perintah Allah dan perintah Nabi Musa, lalu menyembah patung dibuat oleh Samirih.
Hal ini adalah potret dalam Al-Qur’an yang harus menjadi pelajaran umat Islam jika hendak membebaskan Baitul Maqdis. Umat Islam harus kembali kepada Allah dan menjalankan sunah Rasulullah.
Hal yang perlu diketahui adalah penjajah Israel sebelum menjajah Palestina secara fisik dan negara, mereka terlebih dahulu menjajah pemikiran. Ini karena mereka tahu bahwa kelemahan umat Islam adalah ketika mereka dijauhkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka solusinya adalah umat Islam harus keluar dari penjajahan pemikiran terlebih dahulu.
Kemenangan umat tidak terletak pada banyaknya fasilitas yang dimiliki, tapi tergantung apakah mereka sudah kembali kepada Allah atau tidak.
Kewajiban Membebaskan Baitul Maqdis
Kewajiban membebaskan Baitul Maqdis dari cengkraman penjajah Israel tidak hanya menjadi tanggung jawab dan kewajiban umat Islam yang ada di Palestina. Akan tetapi, kewajiban itu menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia.
Lalu bagaimana cara membebasakan Baitul Maqdis? Setidaknya ada tiga langkah utama yang harus kita lakukan untuk membebaskan Baitul Maqdis. Di antaranya; totalitas kembali kepada Allah, tidak memeberikan dukungan kepada musuh Allah, dan memperbanyak doa.
- Totalisme Taubat
Hal utama yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah bertaubat secara kaffah (total) kepada Allah Swt. Akidah umat islam harus dibersihkan terlebih dahulu dari syubhat-syubhat tentang Baitul Maqdis dan bertawakkal kepada-Nya. Ini karena dalam catatan sejarah perjuangan umat Islam, kemenangan tidak pernah ditentukan oleh kuantitas atau banyak jumlah tapi kualitas iman dan tawakal para pejuang di jalan Allah.
Ada banyak kisah yang berkaitan dengan hal ini. Di antaranya perang badar. Di mana diketahui jumlah umat Islam dalam perang badar hanya sekitar 300 orang melawanr 1000 musuh. Jumlah tersebut secara logika tidak mungkin menang. Namun dengan kuasa Allah, umat Islam berhasil memenangkan peperangan tersebut.
Hal serupa terjadi dalam perang Uhud yang jumlah musuh tiga kali lipat kala itu. Bahkan dalam perang mu’tah, umat Islam hanya berjumlah 300 orang melawan 200 ribu musuh. Tapi Allah menganugerahkan kemenangan kepada umat Islam.
Hal tersebut memberikan penegasan bahwa jumlah bukan ukuran kemenangan. Tapi, Allah akan memberikan kemanangan kepada umat Islam jika iman dan tawakal mereka kuat.
- Tidak Mendukung Kebijakan Musuh Allah
Umat Islam tidak boleh memberikan loyalitas dan dukungan kepada musuh Allah. Dalam hal pembebasan Baitul Maqdis, umat Islam tidak dibenarkan memberikan respek terhadap apapun kebijakan yang dikeluarkan penjajah Israel.
Di dalam Al Qur’an, Allah Swt. melarang kaum muslimin untuk memberikan sikap wala’, loyalitas kepada orang kafir, dan menjadikan mereka sebagai teman setia. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia” (QS. Al Mumtahanah : 1)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Ma-idah : 51)
- Memperbanyak Doa
Pada suatu hari, salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Rasulullah menjawab, “Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” (HR Ath-Thabrani)
Hikmah yang bisa dipetik dari hadis tersebut adalah tidak merembehkan kekuatan doa. Doa merupakan kekuatan seorang mukmin. Ini juga menjadi salah satu senjata penting umat Islam di seluruh dunia untuk membebaskan Baitul Maqdis.
Dengan mendoakan umat Islam yang tengah berjuang di Palestina, hal itu bisa menjadi wasilah Baitul Maqdis dibebaskan dari tangan penjajah Israel.
Seorang mukmin mesti banyak berdoa, dan yakin bahwa doanya bakal terkabul. Semakin banyak berdoa, semakin Allah dekat dengannya. Ketika Allah sudah dekat dengannya, segala permintaan pun akan dikabulkan. Dalam hadis dikatakan, Allah malu jika ada orang berdoa kepada-Nya, tetapi tidak Dia kabulkan.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah malu apabila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya), lalu dibiarkan kosong dan kecewa.” (HR Al-Hakim).
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis
Editor: Moe