Pembahasan mengenai keutamaan dan kemuliaan Masjid al-Aqsha dibagi menjadi dua, berdasarkan ayat suci Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW.
- Berdasarkan Ayat-Ayat Al-Qur’an
(1). Nama Masjid al-Aqsha disebutkan secara tekstual dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfiman dalam surah Al-Isra: 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Imam Ibnu ‘Asakir berkata: “Jika tidak ada dalil untuk kemuliaan Baitul Maqdis selain dari ayat diatas, cukuplah ayat tersebut menjadi satu-satunya dalil, dengan segala keberkahan yang ada. Karena apabila telah diberkahi sekelilingnya, tentu keberkahannya akan berlipat-lipat. Dan ketika Allah SWT hendak memperjalankan Nabi-Nya naik ke langit dari Baitul maqdis, maka itu menjadi penjelasan tentang keutamaan tempat tersebut. Dan disatukannya dua rumah Allah tersebut (Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha) menambah kemuliaan keduanya.
(2). Masjid al-Aqsha (Bait al-Maqdis) berada di tanah yang disucikan (al-Ardh al-Muqaddasah), Allah SWT berfirman dalam surah Al-Maidah: 21
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Musa berkata): Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.“
Ibnu Abbas ra berkata: “Yang dimaksud dengan al-Ardh al-Muqaddasah adalah Bait al-Maqdis (tempat yang disucikan). Tempat itu disucikan karena telah dibersihkan dari kesyirikan dan telah menjadi tempat tinggl para nabi dan rasul serta orang-orang mukmin.”
(3). Perintah Allah SWT untuk memasuki tanah ini dalam keadaan tundu (taat). Allah SWT berfirman dalam surah Al-baqarah: 58
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud[1], dan katakanlah, “Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami), “niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan Kami akan menambah (karunia) bagi orang-orang yang berbuat kebaikan”.
Firman Allah SWT lainnya dalam surah Al-A’raf: 161
وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ اسْكُنُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَغْفِرْ لَكُمْ خَطِيئَاتِكُمْ ۚ سَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ
“Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil): “Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)nya di mana saja kamu kehendaki”. Dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu”. Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(4). Tanah yang disucikan ini akan diwariskan kepada kaum yang tertindas tapi sabar. Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf: 137
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.”
Yang dimaksud “Negeri-negeri bagian timur dan baratnya” adalah negeri Syam dan Mesir serta negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir’aun dahulu. Sesudah kerajaan firaun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.
Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan Firaun yang dihancurkan oleh Allah SWT yaitu bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota Ramses dan menara yang diperintahkan hamaan untuk didirikan.
(5). Negeri tempat diselamatkannya para nabi dan rasul dari umatnya. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anbiya: 71
وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.”
Ahli tafsir mengatakan bahwa Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari kobaran api kaumnya dan mengeluarkannya menuju Syam, ke tanah yang disucikan di dalamnya. Qatadah berkata: Nabi Ibrahim AS bersama kaumnya berada di negeri Irak, kemudian Allah SWT selamatkan ke negeri Syam, negeri yang Allah SWT telah berkahi sebelumnya.
(7) Masjid al-Aqsha adalah kiblat pertama kaum muslim.
Masjid al-Aqsha adalah kiblat yang pernah menyatukan berbagai ragam warna kulit dan bahasa serta ras, hingga Allah SWT memerintahkan untuk mengubah kiblat kaum muslim ke Masjid al-haram. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah: 144
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Allah SWT menurunkan perintah shalat pada malam Mikraj Rasulullah SAW yang terjadi pada tahun ke-10 dari kenabian (3 tahun sebelum hijrah Rasulullah SAW). Menurut Ibnu Sa’ad, peristiwa ini terjadi 18 bulan sebelum hijrah Rasulullah SAW ke Madinah.
Sebelum hijrah, Rasulullah SAW shalat menghadap ke dua kiblat sekaligus, Kakbah dan Bait al-Maqdis. Beliau shalat di antara dua rukun (sudut) kakbah yang dapat menghadap ke dua kiblat tersebut. Namun setelah hijrah ke Madinah, beliau shalat menghadap Bait al-Maqdis saja karena tidak mungkin menggabung dua kiblat ini. Posisi kakbah dari arah Madinah berada di sebelah selatan sedangkan posisi Bait al-Maqdis berada di utara.
Kalangan ulama berbeda pendapat tentang perintah salat menghadap ke Bait al-maqdis, apakah melalui wahyu Al-Qur’an atau lainnya? Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan ada tiga pendapat.
Pertama, Perintah menghadap ke Bait al-Maqdis adalah ijtihad dari Rasulullah SAW. Pendapat ini disampaikan oleh Ikrimah dan Abu ‘Aliyah.
Kedua, Rasulullah SAW diminta untuk memilih antara Kakbah dan Bait al-Maqdis. Beliau memilih Bait al-Maqdis dengan harapan orang-orang Yahudi dapat mengikuti beliau. Pendapat ini dikatakan oleh Imam ath-Thabari.
Ketiga, Menghadap ke Bait al-Maqdis adalah perintah Allah SWT kemudian dinaskh (dihapus) dan diperintahkan menghadap Kakbah. Pendapat ini dikuatkan oleh jumhur ulama.
Orang-orang Yahudi mengatakan kepada Rasulullah SAW tentang perpindahan kiblat: