Spirit of Aqsa- Ahli militer dan strategis, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, menyatakan, kerugian yang dialami oleh tentara Israel di Jalur Gaza membuktikan ketidakmampuan tempur mereka dalam perang kota. Hal itu menegaskan, masalah militer Israel bukan pada jumlah pasukan.

Komentar Duweiri disampaikan sebagai tanggapan atas pernyataan yang dikutip oleh Channel 13 Israel dari tentara Israel, yang menyebutkan bahwa “perang di Gaza membuktikan kebutuhan akan tentara besar, dan besarnya kerugian serta kebutuhan untuk membangun kekuatan memerlukan peningkatan jumlah pasukan reguler dan cadangan.”

Dalam analisisnya terhadap situasi militer di Gaza, Duweiri menyatakan bahwa ia tidak sependapat dengan pandangan tentara Israel karena “tentara ini gagal dan tidak siap untuk bertempur,” menambahkan bahwa masalah utamanya adalah kemampuan tempur tentara, bukan jumlahnya.

Ia juga menunjukkan bahwa tentara Israel memperkirakan jumlah anggota Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—sebanyak 30 ribu di Gaza, sementara tentara Israel memiliki 165 ribu tentara reguler dan 435 ribu cadangan, dengan periode cadangan yang diperpanjang dari 32 menjadi 36 bulan.

Duweiri menambahkan, “Tentara ini gagal dan membutuhkan pelatihan ulang dalam perang kota dan perang asimetris,” merujuk pada fakta bahwa jumlah tentara Israel melebihi 600 ribu (termasuk reguler dan cadangan), “namun mereka tidak mampu melawan 30 ribu anggota Al-Qassam (menurut perkiraan Israel) selama 9 bulan perang.”

Dalam konteks terkait, Duweiri meremehkan pentingnya merekrut jumlah besar Yahudi Haredim ke dalam tentara Israel, menganggap hal itu sebagai upaya mencapai keadilan sosial.

Menurut Kanal 13 Israel, tentara Israel berencana merekrut 4.800 Yahudi Haredim tahun ini, dengan keyakinan bahwa keberadaan satu batalyon Haredim dalam tentara akan mengurangi kebutuhan akan 10 batalyon cadangan setiap tahun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here