Gaza telah lama dilanda krisis air, namun perang terbaru yang dilancarkan Israel telah mendorong wilayah terkepung ini ke ambang bencana kemanusiaan. Di tengah kehancuran dan blokade yang mencekik, air bersih nyaris tak lagi ada. Laporan terbaru PBB menunjukkan bahwa 90% warga Gaza tidak memiliki akses terhadap air yang layak untuk diminum, menyusul keruntuhan hampir total sistem air dan sanitasi di wilayah itu.

Kekeringan Kronis yang Makin Memburuk Usai Oktober 2023

Kekurangan air bukanlah hal baru bagi Gaza. Sejak sebelum tahun 2006, krisis ini telah berlangsung akibat blokade dan eksploitasi berlebihan terhadap cadangan air bawah tanah. Namun, situasi menjadi jauh lebih tragis setelah agresi militer Israel pada Oktober 2023. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), suplai air turun drastis menjadi kurang dari 7% dari level normal sebelum perang. Sebanyak 97% air tanah Gaza kini tak layak dikonsumsi, memaksa warga bertahan dengan sedikit air hasil desalinasi atau bahkan air tidak aman yang bisa menyebarkan penyakit mematikan.

Serangan Israel Lumpuhkan Sistem Air

Kerusakan infrastruktur air di Gaza sangat parah. Lebih dari 85% jaringan air dan saluran pembuangan terkena dampak langsung dari serangan. Tak kurang dari 2.263 kilometer jaringan pipa rusak atau hancur, dan 47 stasiun pompa air tak lagi berfungsi. Seluruh instalasi pengolahan limbah kini lumpuh total. Dari tiga pabrik desalinasi utama yang sebelumnya menjadi andalan, hanya dua yang masih bisa berjalan, itupun dengan kapasitas sangat terbatas.

Air Tak Lagi Cukup untuk Hidup

Kondisi ini menciptakan realitas yang menyayat hati. Anak-anak dan pengungsi di Gaza Selatan hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 liter air per hari. Jumlah ini bahkan tak memenuhi batas minimum untuk bertahan hidup—yang ditetapkan 3 liter per hari—dan jauh dari rekomendasi standar internasional sebesar 15 liter untuk kebutuhan minum, memasak, dan kebersihan dasar.

Panggilan Darurat Kemanusiaan

UNICEF, UNRWA, dan Palang Merah Internasional sepakat bahwa Gaza tengah menghadapi “darurat air total”. Para pakar PBB menegaskan, Gaza kini memiliki tingkat akses terhadap air bersih terendah di dunia, dengan hanya 10% dari kebutuhan dasar yang terpenuhi. Di tengah runtuhnya sistem sanitasi, tumpukan sampah, dan ketiadaan air bersih, risiko wabah seperti kolera dan penyakit saluran cerna meningkat tajam—terutama di kalangan anak-anak.

Di tengah kehancuran ini, satu seruan bergema: dunia internasional harus segera bertindak. Pengiriman air bersih, bahan bakar, dan perlengkapan vital untuk memperbaiki infrastruktur air harus menjadi prioritas. Jika tidak, jutaan nyawa di Gaza akan terus terancam, bukan hanya oleh peluru, tetapi oleh kekeringan di tanah yang telah terlalu lama dilupakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here