Spirit of Aqsa, Palestina- Bank Amerika, JPMorgan Chase, memperkirakan ekonomi Israel akan mengalami kontraksi sebesar 11% secara tahunan dalam tiga bulan terakhir tahun ini. Kontraksi tersebut disebabkan meningkatnya agresi di Jalur Gaza.
Dengan demikian, JPMorgan Chase mengubah ekspektasi awalnya saat operasi Taufan Al-Aqsa dimulai. Awalnya, bank tersebut memperkirakan operasi itu hanya akan berdampak kecil pada perekonomian Israel, yang oleh para ahli Estimasi digambarkan sebagai “terlalu optimis.”
Perubahan ekspektasi ini terjadi ketika Israel mengumumkan memulai operasi darat besar-besaran di Gaza, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan kampanye yang “panjang dan sulit”.
Perkiraan bank tersebut termasuk yang paling pesimistis dari para analis Wall Street hingga saat ini. Namun, investor telah banyak menjual aset Israel. Indeks saham utama di Tel Aviv telah turun 11% dalam mata uang lokal sejak 7 Oktober, sementara syikal telah jatuh ke level terendah sejak 2012.
Namun, JP Morgan masih memperkirakan PDB Israel akan tumbuh sebesar 2,5% tahun ini, dan 2% pada 2024. Perkiraan penurunan 11% antara Oktober dan Desember berkaitan dengan pertumbuhan yang disesuaikan secara musiman dibandingkan dengan kuartal ketiga.
Para ahli mengatakan bahwa risiko-risiko tersebut cenderung meningkat dan berdampak negatif terhadap perekonomian. Mengukur dampak perang terhadap perekonomian Israel masih sulit, karena tingginya ketidakpastian mengenai skala dan durasi konflik serta kurangnya data frekuensi tinggi yang tersedia.
Ketika para ahli membandingkan kerugian yang dialami Israel akibat agresi, mereka menemukan bahwa dampak perang saat ini akan jauh lebih besar, seperti yang mereka katakan pada 2014, ketika Israel melancarkan perang di Gaza yang berlangsung selama 51 hari dan mencakup serangan darat.
Dalam menghadapi penurunan ekonomi, Bank Sentral Israel mempertahankan suku bunga utama sebesar 4,75% pada tanggal 23 Oktober. Keputusan untuk tidak melonggarkan kebijakan moneter bertujuan untuk membantu syikal, yang menghadapi penurunan terpanjang sejak 1984.
Baru-baru ini, Kementerian Keuangan Israel menyatakan, perang di Gaza jika berlanjut dalam jangka waktu yang lama akan membuat perekonomian Israel mengalami resesi selama sisa tahun ini dan tahun depan. Kementerian juga memperingatkan dampaknya akan lebih besar jika perang meluas.
Menurut Departemen Ekonom Senior di Kementerian Keuangan Israel, jika perang berlanjut selama satu tahun atau menyebar ke wilayah lain selain Jalur Gaza, ada kemungkinan besar terjadinya resesi di kuartal mendatang dan pengangguran 1,8 juta pekerja, yang merupakan 41% dari angkatan kerja di pasar Israel.
Jika perang menyebar ke wilayah lain atau perang berlanjut di Gaza saja selama satu tahun, para ekonom senior memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan menurun antara 0,6% dan 0,7%, dan kemudian perekonomian akan jatuh ke dalam resesi.