Memasuki hari ke-50 penutupan total seluruh jalur perlintasan ke Gaza, situasi kemanusiaan di wilayah terkepung itu mencapai titik nadir. Gerakan Perlawanan Islam Hamas menyebut Gaza kini menghadapi “bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya” akibat kekurangan parah bahan pokok—mulai dari makanan, air, bahan bakar, hingga obat-obatan.
Dalam pernyataan resminya, Hamas memperingatkan bahwa kelangkaan ini mendorong lebih dari dua juta penduduk Gaza menuju jurang kelaparan dan krisis kesehatan yang terus memburuk setiap hari. “Pengepungan menyeluruh atas 2,2 juta manusia dan penggunaan kelaparan sebagai senjata adalah kejahatan perang,” tegas Hamas.
Hamas menilai, kegigihan Israel dalam menutup Gaza adalah kegagalan total—secara politik, moral, dan kemanusiaan—bagi komunitas internasional. Gerakan itu kembali menyerukan tekanan global terhadap “penjahat Netanyahu” untuk segera membuka perlintasan dan mengizinkan bantuan masuk. Seruan juga ditujukan kepada pemerintah dan rakyat di dunia Arab, dunia Islam, dan para pembela kemanusiaan agar bahu-membahu menghentikan pengepungan atas Gaza.
“Menuju Bencana Penuh”
Sementara itu, Juru Bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, menyatakan bahwa Gaza kini berada dalam kondisi kemanusiaan terburuk sejak perang dimulai. “Sudah 50 hari tidak ada bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan lebih lama lagi untuk barang-barang niaga,” katanya. Laerke menggambarkan situasi di Gaza saat ini sebagai “perjalanan menuju bencana total.”
Nada peringatan serupa datang dari Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, yang mengecam Israel karena memperlakukan bantuan kemanusiaan sebagai alat tawar dan senjata perang.
Gaza Sudah Dilanda Kelaparan
Ismail Al-Thawabta, Direktur Kantor Media Pemerintah di Gaza, mengungkapkan bahwa 2,2 juta warga Palestina kini mengalami krisis pangan akut dan mengancam nyawa. Berdasarkan klasifikasi IPC (Integrated Food Security Phase Classification), lebih dari setengah juta orang diperkirakan akan masuk dalam level 5—kategori tertinggi dalam skala kelaparan global.
“Gaza kini tidak hanya berada di ambang kelaparan, tapi sebagian wilayahnya sudah mengalaminya,” ujar Thawabta. Ia menambahkan bahwa lebih dari 90% penduduk Gaza sepenuhnya bergantung pada bantuan pangan yang kini tidak bisa masuk karena blokade total Israel.
Genosida yang Berlangsung Terbuka
Sejak 18 Maret lalu, Israel meningkatkan intensitas serangan brutalnya di Gaza, dengan target utama permukiman sipil dan kamp-kamp pengungsi. Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat telah melancarkan genosida terbuka yang menewaskan dan melukai lebih dari 168.000 warga Palestina—mayoritas perempuan dan anak-anak—dan menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang tanpa kabar.