Rencana militer Israel untuk menguasai Kota Gaza disebut bukan sebagai operasi baru, melainkan “tahap kedua” dari Operasi Arabat Gideon. Klasifikasi ini dinilai sebagai upaya untuk melindungi Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, dari beban tanggung jawab atas kemungkinan kegagalan.

Menurut analis militer Kolonel Nidal Abu Zaid, cara Israel menamai operasi ini mencerminkan kegelisahan. Zamir tampak enggan meluncurkan operasi dengan nama baru karena khawatir mengulang kegagalan dari serangkaian serangan sebelumnya.

Zamir sendiri menyatakan bahwa pasukannya segera memulai “penguasaan Kota Gaza” setelah tahap berikutnya dari rencana perang disetujui. Ia menegaskan operasi itu bertujuan “memperdalam serangan terhadap Hamas” dan akan berlangsung tanpa batas waktu, sebagai bagian dari strategi jangka panjang.

Abu Zaid menilai, pendekatan hati-hati dalam penamaan menunjukkan menurunnya kepercayaan diri militer Israel. Ia melihat ada ketakutan nyata bahwa operasi ini akan kembali berakhir tanpa mencapai tujuan yang diumumkan, seperti kegagalan operasi-operasi sebelumnya.

Peran Strategis Perlawanan

Di sisi lain, kekuatan perlawanan Palestina terus menunjukkan kemampuan beradaptasi. Meski tertinggal dari segi persenjataan, mereka berhasil menutup kesenjangan itu lewat semangat juang yang tinggi, pergerakan lincah, dan taktik inovatif yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Abu Zaid menjelaskan, penggunaan beragam senjata, termasuk mortir dengan jangkauan bervariasi, menciptakan tantangan besar bagi pasukan Israel yang selama ini mengandalkan keunggulan teknologi. Pertempuran jarak dekat di medan perkotaan semakin membuat keunggulan teknis Israel berkurang efektivitasnya.

Selain aspek militer, perlawanan juga memanfaatkan dimensi psikologis dan media. Setiap keberhasilan di medan tempur diolah menjadi kekuatan politik dan moral, menciptakan dampak ganda yang jauh melampaui nilai militer murni.

Kelemahan strategi Israel juga terlihat jelas pada kerugian peralatan tempurnya. Hantaman terhadap kendaraan lapis baja dan tank menimbulkan biaya tinggi (baik secara ekonomi maupun psikologis) yang memengaruhi moral pasukan di garis depan.

Abu Zaid menegaskan, kemampuan perlawanan membaca pola gerakan tentara Israel, lalu memanfaatkannya untuk menargetkan titik-titik lemah, menjadi bukti kemajuan signifikan dalam kemampuan intelijen dan operasi mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here