Spirit of Aqsa- Rincian terakhir perlawanan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, sebelum syahid, terwujud dalam berbagai objek: kursi, keffiyeh, dan tongkat. Semua elemen ini mengaitkan momen terakhir yang mengungkapkan keberanian Sinwar, yang justru mengguncang teroris Israel.

Keberhasilan yang dianggap sebagai kemenangan oleh Sinwar malah berujung pada kekalahan media yang memalukan bagi Israel, memicu mereka untuk menggunakan seluruh alat media yang dimiliki guna menghapus jejak peristiwa tersebut dari platform media sosial.

Namun, semua upaya ini gagal, dan Israel tidak berhasil menghapus citra Sinwar sebagai pejuang. Dalam usaha untuk menutupi momen terakhir tersebut, Israel berpikir untuk menghancurkan rumah tempat Sinwar syahid.

Setelah kabar tentang niat Israel untuk menghancurkan rumah tersebut beredar, sebuah video muncul yang diklaim menunjukkan Israel meledakkan kompleks pemukiman di kota Rafah, termasuk rumah tempat Yahya Sinwar syahid.

Saat video penghancuran rumah tersebut beredar, pertanyaan yang muncul di platform media sosial adalah: Apakah Israel benar-benar percaya bisa menghapus momen terakhir Sinwar dengan menghancurkan rumahnya?

Sebagai jawaban, para aktivis mengatakan bahwa Israel salah jika menganggap bahwa dengan menghancurkan rumah tempat Sinwar berjuang dengan penuh kehormatan, ia bisa menghapus citranya dari ingatan rakyat yang merdeka.

Lebih jauh, para aktivis menambahkan bahwa apapun yang dilakukan Israel dengan membunuh pemimpin Yahya Sinwar dan menghancurkan rumah tersebut, mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan gambaran terakhirnya sebagai pejuang Palestina.

Banyak warganet yang berkomentar sinis mengenai penghancuran rumah yang digunakan Sinwar, menyatakan bahwa Israel “takut jika Sinwar muncul dari reruntuhan, karena dia telah menciptakan trauma psikologis bagi mereka, baik semasa hidupnya maupun setelah kematiannya. Bahkan setelah meninggal, Sinwar masih meraih kemenangan atas mereka. Ya Tuhan, apa yang telah dilakukan pria ini terhadap negara Israel?”

Aktivis juga berkomentar bahwa “meskipun rumah tersebut dihancurkan, ia akan dibangun kembali menjadi ‘Akademi Tinggi Legenda Yahya Sinwar untuk Ilmu Militer’, dan bahkan tongkat akan menjadi bagian dari senjata yang diajarkan di akademi ini.”

Dalam rangka untuk mengabadikan momen terakhir dalam hidup Yahya Sinwar, warganet meminta agar ditambahkan pepatah baru yang menggambarkan momen ini sebagai lambang semua makna keberanian dan kegigihan, dengan menyebutnya “Tongkat Sinwar,” yang melambangkan usaha maksimal yang dilakukan seseorang. Mereka menjelaskan bahwa “aku melemparnya dengan tongkat Sinwar” berarti bahwa kamu telah menggunakan semua cara yang ada.

Para aktivis lainnya menunjukkan bahwa momen terakhir Sinwar mencerminkan kehidupannya yang penuh perjuangan, bahkan jika hanya dengan tongkat atau satu tangan. Mereka menegaskan bahwa Israel tidak akan bisa menghancurkan gambaran tersebut dengan penghancuran rumahnya.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here