Meskipun ini bukan pertama kalinya para pejuang Palestina menunjukkan perlakuan baik terhadap tawanan mereka, baik tentara maupun pemukim Israel, momen ketika tentara Israel yang ditawan, Omer Shem Tov, mencium kepala pejuang Al-Qassam secara spontan—yang disaksikan dunia melalui siaran langsung Al Jazeera dan berbagai media lainnya—telah menarik perhatian luas dan memicu banyak reaksi.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa seorang tentara Israel mencium kepala orang yang menawannya. Jawabannya sederhana: ada konteks yang muncul sejak 7 Oktober dan terus berlanjut setelahnya. Konteks ini menjadikan momen tersebut sebagai salah satu peristiwa bersejarah yang menunjukkan kemenangan moral rakyat Palestina atas musuh mereka yang kejam, yang telah melakukan genosida terhadap mereka dan telah dikutuk oleh pengadilan internasional.

Sebagian orang mungkin melihat momen seorang tawanan Israel mencium kepala pejuang Al-Qassam sebagai sesuatu yang lucu, tetapi sebenarnya gambar ini memiliki makna mendalam dalam mendokumentasikan kemenangan rakyat tertindas atas penjajah yang telah merampas tanah dan tempat suci mereka. Ini adalah momen penting dalam perjalanan perjuangan pembebasan Palestina dan merupakan gambar yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perlawanan Palestina.

Gambar ini bukan sekadar peristiwa sesaat atau kebetulan, melainkan representasi kuat dari nilai-nilai moral, kecerdasan, serta perubahan signifikan dalam perjuangan yang diperhatikan oleh seluruh dunia.

Gambaran Moral dan Manfaatnya

Selama 15 bulan pertempuran, perlawanan Palestina telah menunjukkan keunggulan moral yang tinggi dalam menangani isu tawanan dan berbagai aspek lainnya. Prinsip ini telah ditegaskan sejak awal dalam pidato pertama Operasi Al-Aqsa Flood oleh syahid Mohammed Deif, yang menyatakan bahwa perlawanan tidak akan menargetkan anak-anak maupun orang tua. Sikap ini terus terlihat dalam berbagai peristiwa sepanjang pertempuran.

Bahkan, beberapa pemukim Israel telah memberikan kesaksian tentang perlakuan baik dari para pejuang Al-Qassam. Salah satunya adalah pemukim bernama Rotem, yang mengatakan bahwa pejuang Al-Qassam meyakinkannya bahwa mereka tidak membunuh perempuan dan anak-anak.

Sikap moral ini memberikan keuntungan politik dan militer bagi perlawanan Palestina, baik dalam hal legitimasi maupun penghormatan di tingkat lokal, regional, dan internasional.

Banyak pemikir dunia percaya bahwa menjaga etika dalam pertempuran bukan hanya soal moralitas, tetapi juga kebutuhan strategis yang berkontribusi pada kemenangan. Salah satu tokoh yang menekankan hal ini adalah filsuf Immanuel Kant.

Di sisi lain, Brigade Al-Qassam telah mencerminkan nilai-nilai masyarakat Palestina dan memperkuat citra mereka serta citra rakyat Palestina secara keseluruhan. Gambar-gambar seperti ini berpotensi meningkatkan dukungan global dan mematahkan upaya isolasi yang telah coba dipaksakan oleh Israel melalui kekuatan militernya.

Perlakuan Baik yang Membantah Propaganda Israel

Komentar yang diberikan oleh Omer Shem Tov dan para tawanan lainnya, yang berterima kasih kepada Brigade Al-Qassam atas perlakuan mereka selama masa penahanan, serta interaksi mereka yang tampak nyaman saat diserahkan dalam proses pertukaran, telah menyoroti perlakuan yang sebenarnya mereka terima. Hal ini bertolak belakang dengan upaya Israel yang telah berusaha keras untuk mencoreng citra perlawanan dengan berbagai cara, termasuk menyebarkan video yang disajikan kepada para pemimpin dunia dan tokoh-tokoh berpengaruh.

Kita tidak tahu video seperti apa yang digunakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mempengaruhi pemimpin negara-negara besar, termasuk Presiden AS Donald Trump dan Presiden sebelumnya Joe Biden. Namun, jelas bahwa ada kampanye disinformasi yang dilakukan oleh Israel, yang salah satu contohnya adalah bagaimana mereka memanfaatkan kasus keluarga Bibas yang tewas akibat serangan udara Israel sendiri di Gaza.

Beberapa pernyataan dari para pemimpin dunia, termasuk Donald Trump, menunjukkan bahwa Israel telah melakukan propaganda yang menyesatkan terkait kasus ini. Oleh karena itu, video yang dirilis oleh Brigade Al-Qassam tentang perlakuan terhadap tawanan, baik yang dibuat secara khusus maupun yang terjadi secara spontan, sangat penting dalam membantah propaganda yang dibuat oleh pemerintah Israel mengenai perlakuan perlawanan terhadap tawanan mereka.

Salah satu contoh propaganda Israel adalah pernyataan Gilad Erdan, mantan duta besar Israel untuk PBB dan AS, yang menggambarkan rakyat Gaza sebagai “Nazi” dalam sebuah unggahan di platform X. Ia berkata, “Bahkan di Jerman Nazi, ada warga Jerman yang menyelamatkan orang Yahudi. Tidak ada satu pun warga Gaza yang menyelamatkan seorang sandera pun.”

Meskipun propaganda seperti ini lemah di mata siapa pun yang memahami dinamika konflik Palestina, bahkan di kalangan masyarakat Israel sendiri, Israel terus menyebarkan informasi menyesatkan. Namun, upaya mereka tampaknya semakin gagal.

Bahkan dalam survei yang dilakukan oleh Jerusalem Post pada Februari lalu, 50% responden Israel menyatakan bahwa mereka tidak melihat Hamas sebagai Nazi. Ini menunjukkan bahwa narasi yang dipaksakan oleh Israel mulai kehilangan daya tarik, bahkan di dalam negeri mereka sendiri.

Menjaga Isu Tawanan Tetap di Permukaan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mencoba mengabaikan isu tawanan dan menghindari tekanan dari keluarga mereka dengan berbagai cara. Namun, Brigade Al-Qassam terus mengangkat isu ini, memastikan bahwa perdebatan mengenai nasib tawanan Israel tetap menjadi sorotan.

Brigade Al-Qassam secara aktif merilis video tawanan untuk mempertahankan tekanan terhadap Israel, karena isu tawanan merupakan aset penting bagi perlawanan dalam negosiasi.

Hasilnya, keluarga tawanan Israel semakin meningkatkan tekanan terhadap Netanyahu. Mereka bahkan mengungkapkan keheranan bahwa Donald Trump tampaknya lebih peduli terhadap nasib tawanan Israel dibandingkan dengan Netanyahu dan pemerintahannya sendiri.

Terlihat juga bahwa dinas keamanan Israel telah menekan keluarga tawanan agar tidak mengizinkan foto-foto anak mereka dipublikasikan di media Israel. Tujuannya bukan untuk menjaga privasi para tawanan, tetapi untuk menghindari dampak psikologis yang bisa menambah tekanan terhadap pemerintah Netanyahu.

Kecerdasan dan Kreativitas Perlawanan

Kecerdasan dan kreativitas yang ditunjukkan perlawanan Palestina dalam menangani isu tawanan adalah faktor lain yang tidak kalah penting dengan aspek moral. Strategi ini membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuan strategis selama tahap pertempuran saat ini.

Salah satu contohnya adalah video yang menunjukkan dua tawanan Israel menyaksikan rekan-rekan mereka dibebaskan, lalu meminta pemerintah mereka untuk segera melakukan pertukaran tawanan. Video ini tidak hanya mengejutkan tetapi juga memberikan tantangan keamanan bagi Israel serta memperlihatkan kecerdikan dalam menyampaikan pesan perlawanan.

Strategi ini tidak hanya berfungsi sebagai propaganda, tetapi juga sebagai cara untuk mempertahankan tekanan terhadap Israel agar terus bernegosiasi, hingga akhirnya tercapai gencatan senjata total.

Momen-momen seperti tentara Israel yang ditarik dari tanknya pada 7 Oktober, hingga proses pertukaran tawanan, bukan sekadar peristiwa biasa. Semua ini adalah bagian dari perubahan besar yang akan berdampak pada semua pihak, baik dalam komunitas perlawanan maupun di dalam masyarakat Israel itu sendiri.


Oleh: Mahmoud Al Rantisi, Peneliti dan penulis Palestina

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here