Oleh: Ustaz Asep Sobari (Pendiri Sirah Community Indonesia)

Umur Usamah bin Zaid bin Haritsah kala itu masih belia. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa umur Usamah bin Zaid masih 17 tahun, ada pula yang menyebut 18 tahun. Kendati masih remaja, namun putra Zaid bin Haritsah itu dipercaya oleh Rasulullah SAW memipin pasukan menuju Syam, atau menuju pembebasan Baitul Maqdis.

Pasukan Usamah merupakan pasukan terakhir yang dikirim oleh baginda Nabi Muhammad SAW, yang salah satu tujuannya adalah memuluskan perjuangan penaklukan Baitul Maqdis.

Pembentukan pasukan Usamah terjadi pada akhir bulan Safar tahun ke-11 Hijriah, atau hanya selang beberapa hari menjelang Rasulullah SAW wafat.

Dalam beberapa riwayat disebutkan, Rasulullah SAW membentuk pasukan menuju Syam 4 hari sebelum bulan Safar berakhir. Setelah pasukan terbentuk, esoknya beliau memanggil Usamah bin Zaid dan memintanya bersiap.

Rasulullah SAW berkata, “Usamah, berangkatlah atas nama Allah dan berkah-Nya. Sampai kamu tiba di tempat kematian ayahmu (Mu’tah/perbatasan Jazirah Arab dan Syam). Bawa pasukanmu ke sana. Aku mengangkatmu sebagai panglima dalam pasukan ini. Serang pagi-pagi, atau serang tiba-tiba ke penduduk Ubnah. Jalanmu harus cepat, agar jangan sampai informasi bocor ke mereka. Jika engkau menang di sana, jangan lama tinggal di sana. Bawa penunjuk jalan. Bentuk pasukan pasukan kecil di depan, sekaligus mata-mata.”

Dalam riwayat lain disebutkan, target Usamah itu sampai di sekitar Gaza. Artinya, secara geografis, perintah Rasulullah SAW itu sudah menembus Syam dari wilayah paling selatan. Itu tentu target yang luar biasa. Itulah perintah beliau ke Usamah hanya kurang lebih 10 hari sebelum beliau wafat. Usamah lantas berangkat meningalkan Madinah.

Ketika tiba di Jurf, sebuah wilayah yang jaraknya sekitar satu farsakh dari Madinah, dia menghentikan pasukannya dan mendirikan kemah setelah mendengar kondisi kesehatan Rasulullah SAW memburuk. Beberapa saat kemudian Nabi SAW wafat.

Pasukan yang dipimpin Usamah gagal berangkat ke tujuan. Usamah dan detasemennya baru diberangkatkan ke wilayah penduduk Ubna, yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur, pada masa kekhalifahan Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar mengantar Usamah sebagai panglima perang dengan berjalan kaki, sementara Usamah berada di atas punggung unta.

Hal itu merupakan bentuk penghormatan yang dilakukan Abu Bakar kepada Nabi Muhammad, yang telah menunjuk Usamah sebagai panglima perang. Ketika melepaskan Usamah dan pasukannya yang berkekuatan 3.000 prajurit, Abu Bakar as-Shiddiq menyampaikan sebuah pidato yang sangat menyentuh.

“Berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah. Jangan berkhianat, jangan melanggar janji, jangan memotong-motong tubuh mayat. Jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, juga wanita. Jangan menebang pohon, jangan merusak, dan membakar pohon kurma. Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian akan melewati suatu kaum yang berdiam di biara-biara, biarkan mereka. Perangi orang yang memerangi kalian dan berdamailah dengan orang yang berdamai dengan kalian,” kata Abu Bakar.

Usamah pun berangkat mengikuti arahan dari Rasulullah SAW. Dia kembali dengan kemenangan yang sangat dahsyat. Pasukan Usamah memenangkan peperangan itu dan kembali ke Madinah setelah melakukan perjalanan antara 30 sampai 40 hari. Usamah dan pasukannya juga pulang dengan membawa harta rampasan. Setelah keberhasilan itu, para sahabat pun memberikan pujian kepada Usamah bin Zaid.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here