Spirit of Aqsa | Al-Quds – Tanggal 27 Rajab 583 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Oktober 1187 M diperingati sebagai hari pembebasan Al-Quds oleh seorang sultan yang bernama, Yusuf bin Ayyub, yang dikenal dengan sebutan An-Nashir Shalahuddin Al-Ayyubi setelah 88 tahun di bawah kekuasaan Romawi.
Pembebasan Al-Quds oleh Shalahudin Al-Ayubi bukan tindakan tanpa sebab, namun merupakan rangkaian dari sejumlah peristiwa yang dialami kaum muslimin dari masa ke masa. Seperti kita ketahui, pembebasan Al-Quds pertama kali dilakukan baginda Rasulallah SAW saat melakukan Isra dan Mi’rajnya dari Masjid Al-Haram menuju Al-Aqsha pada tahun pertama ada yang mengatakan tahun kedua setelah hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah. Kemudian khalifah kedua Umar menaklukkannya setelah enam belas tahun, dan Shalahuddin membebaskannya dari tentara Romawi pada bulan yang sama yaitu bulan Rajab.
Kini Al-Quds kembali menderita dibawah penjajahan Israel sejak tahun 1967 setelah melakukan perang enam hari melawan tentara Arab. Kaum muslimin yang tinggal di Al-Quds, terutama yang berada di sekeliling Masjid Al-Aqsha seperti Kota Tua telah lama menderita berbagai macam tekanan dan penindasan dari tentara Zionis. Banyak diantara mereka yang terusir, keluar rumahnya menjadi pengungsi di wilayah sekitar atau luar Palestina bahkan, seperti di Yordania.
Kaum muslimin yang tetap bertahan di sekitaran Al-Aqsha pun tak luput dari penindasan tentrara Zionis. Mereka diintimidasi, mulai dilarang shalat di dalamnya, penangkapan, pembunuhan atau deportasi bertahun-tahun dari Al-Aqsha. seperti dialami mantan ketua gerakan Islam di wilayah jajahan 48, Syaikh Raed Shalah, juga seorang pejuang perempuan Palestina yang menjadi garda terdepan dalam mempertahankan AL-Aqsha dari penodaan kelompok Zionis, Hanadi Hulwani setelah rumahnya di Al-Quds terjajah digerebek pasukan khusus Israel.
Keluarga pejuang Al-Quds, Hanadi Halawani yang tinggal di komplek Wad Al-Joz Al-Quds menyebutkan, rumahnya digeledah tentara sebelum menangkap Hanadi dan dibawah ke kantor interogasi.
Israel kemudian mencari semua guru wanita yang setiap harinya datang ke Al-Aqsha dan masih tinggal di sana untuk dideportasikan dengan alasan mereka menghalang-halangi tugas kepolisian atau menghalang-halangi kunjungan para pemukim Zionis.
Sementara Hulwani adalah salah satu warga Palestina yang dilarang mendapat jaminan kesehatan, karena aktivisnya di Al-Aqsha. Namanya juga tercantum dalam daftar nama yang dilarang kepolisian Zionis memasuki Al-Aqsha tanpa keputusan resmi.
Maka setelah 53 tahun berlalu, siapakah gerangan yang akan kembali membebaskan Al-Quds, wabil khusus Al-Aqsha dari cengkraman tentara Zionis. Semua kita tentu bertanggung jawab untuk membebaskanya, dengan apapun yang kita bisa. Sehingga kita terbebas dari pertanyaan, kenapa kita tidak melakukan sesuatu untuk membebaskan Al-Aqsha dari penjajahan Israel, tentu dengan kemampuan yang ada dan sebisanya.
Sumber: palinfo