Spirit of Aqsa, Palestina- Pemimpin Amerika Serikat, Perancis, Italia, Jerman, dan Inggris sudah mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan “dukungan teguh dan bersatu” terhadap zionis Israel.
Sejak awal, Presiden AS Joe Biden tidak menyembunyikan posisinya dalam mendukung Israel. Dia bahkan mengadopsi narasi hoaks PM Benjamin Netanyahu yang berujung Gedung mencabut pernyataan tersebut. Netanyahu menuduh Hamas menyerang anak-anak Israel.
Dukungan itu juga terlihat saat Biden berkunjung ke Tel Aviv pada Rabu (18/10) terkait pembantaian di Rumah Sakit Baptis Gaza. Padahal, beberapa gambar bom yang jatuh di Jalur Gaza dalam salah satu serangan menunjukkan bahwa rudal tersebut diberi nama (Bom MK-84). Bom MK-48 merupakan rudal milik Departemen Pertahanan AS.
Sebelumnya, Amnesty International menyebutkan banyak foto peluru fosfor putih yang dijatuhkan di Jalur Gaza adalah peluru artileri M825 dan M825A1, yang juga diberi label D528, yang merupakan Kode Identifikasi Departemen Pertahanan AS (DODIC) untuk peluru berbahan fosfor putih.
Sabtu lalu, Pentagon mengumumkan, kapal induk USS Eisenhower telah berlayar dari Pangkalan Angkatan Laut Norfolk di Virginia, menuju wilayah komando militer AS di Eropa, sebagai bagian dari mendukung Israel, yang saat ini melancarkan pemboman intensif di Jalur Gaza.
Kapal induk USS Eisenhower dan kelompok kapal perangnya akan bergabung dengan kapal induk Gerald Ford, yang sebelumnya dikerahkan di wilayah tersebut untuk mendukung Israel setelah pejuang Palestina melancarkan Operasi Taufan Al-Aqsa.
Sementara itu, Jerman menyediakan dua drone militer Heron TB, yang masing-masing membawa satu ton amunisi.
Hingga saat ini, Paris puas dengan memberikan informasi intelijen, dan membenarkan hal ini dengan mengatakan bahwa Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Sebastien Lecornu, mengatakan: “Negaranya tidak diminta untuk memberikan bantuan militer kepada Israel.”
Veto untuk tidak Menghentikan Agresi
Negara-negara tersebut juga menggagalkan rancangan resolusi yang dirancang Rusia di Dewan Keamanan PBB, menyerukan gencatan senjata, demi alasan kemanusiaan, dalam agresi Israel di Jalur Gaza, dengan memperoleh suara minimum yang diperlukan, yakni berjumlah 9 suara. Dewan beranggotakan 15 orang.
Rancangan resolusi tersebut mendapat 5 suara mendukung dan 4 suara menentang, sedangkan 6 anggota abstain.
Rusia mengusulkan rancangan teks yang menyerukan pembebasan tahanan, pengiriman bantuan kemanusiaan, dan evakuasi aman bagi warga sipil yang membutuhkan, serta mengutuk kekerasan terhadap warga sipil.
Bantuan Miliaran Dolar
The American New York Times melaporkan, dengan mengutip sumber-sumber informasi, bahwa Israel telah meminta bantuan darurat Amerika Serikat senilai $10 miliar dalam melancarkan serangan ke Jalur Gaza.
Surat kabar itu mengatakan, “Gedung Putih sedang menyusun rancangan undang-undang untuk memberikan bantuan kepada Israel, dan bantuan lain yang juga ingin diberikan oleh pemerintahan Biden ke Ukraina.”
Selasa lalu, Tel Aviv meluncurkan kampanye “Obligasi Diaspora” untuk mengumpulkan dana bagi perangnya di Jalur Gaza, menurut postingan di situs media sosial yang terkait dengan obligasi Israel, yang merupakan alat pinjaman untuk obligasi diaspora.
Nota kesepahaman selama 10 tahun untuk bantuan militer bilateral antara Tel Aviv dan Washington, yang ditandatangani pada 2016, mengharuskan Amerika Serikat untuk memberikan pendanaan militer asing sebesar $3,3 miliar kepada Israel.
Hal ini merupakan tambahan dari pengeluaran $500 juta per tahun untuk program pertahanan rudal bersama dari tahun fiskal 2019 hingga tahun fiskal 2028, dan nota kesepahaman menunjukkan kemungkinan memberikan bantuan tambahan dalam situasi darurat seperti perang.
Hingga 2023, Amerika Serikat telah memberikan berbagai bantuan kepada Israel senilai $158,8 miliar, antara lain: bantuan militer senilai $114,4 miliar, bantuan ekonomi senilai $34,4 miliar, dan bantuan program rudal senilai $10 miliar.
Sumber: Palinfo