Spirit of Aqsa, Palestina- Bintang sepakbola Prancis, Karim Benzema, dituduh sebagai agen Hamas yang memiliki hubungan dengan kelompok Ikhwanul Muslimin. Tuduhan tersebut bermula dari tweet kapten tim Saudi Al-Ittihad itu yang menyatakan solidaritasnya terhadap Gaza.

Pada 15 Oktober, Benzema men-tweet pesan dukungan kepada rakyat Palestina melalui media sosial. Dia mengatakan, “Semua doa kami ditujukan untuk rakyat Gaza, yang sekali lagi menjadi korban dari pemboman yang tidak adil ini, baik perempuan maupun anak-anak,”

Gelombang tuduhan dan kecaman tersebut dipicu oleh pernyataan Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin. Dia menilai Benzema memiliki “hubungan dengan Ikhwanul Muslimin,” yang memicu kontroversi di Prancis. Padahal, tweet benzema tersebut awalnya tidak diperhatikan oleh publik Prancis.

Hubungan dengan Persaudaraan

Gerald menilai Benzema harus bersikap netral terkait isu Palestina-Israel. Benzema disebut figur publik yang punya pengaruh besar terhadap generasi muda, terutama seluruh penggemar sepakbola di seluruh di dunia.

“Pemain terkenal seperti Benzema memiliki tanggung jawab dan pengaruh terhadap generasi muda, yang dapat mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Harus bersikap lebih adil,” katanya, dikutip Al Jazeera, Kamis (19/10/2023).

Kemudian, Gerald meningkatkan serangan terhadap Benzema ketika menjawab pertanyaan tentang tindakan pemerintah untuk memerangi “terorisme di tanah Perancis.” Dia berkata, “Selama berminggu-minggu, saya secara khusus tertarik pada Ikhwanul Muslimin, ” mengacu pada waktu itu, dugaan keterkaitan Benzema dengan Ikhwanul Muslimin.

Pernyataan menteri tersebut tidak mendapat tanggapan di Perancis sampai dipublikasikan oleh media Spanyol pada Selasa malam.

Pada Rabu, sumber dari Kementerian Dalam Negeri Perancis membenarkan tuduhan yang dilontarkan oleh Gerald, dengan mengatakan bahwa tindakan pemain tersebut baru-baru ini merupakan “pergeseran menuju Islam yang ekstrem dan ketat.”

Berbicara kepada situs olahraga Perancis RMC, sumber di kementerian menyebutkan “beberapa kasus yang melibatkan Benzema,” seperti penolakannya menyanyikan lagu kebangsaan Prancis di pertandingan melawan Prancis, membela umat Islam, hingga tuduhan seorang “agen” untuk Hamas dan orang Prancis di atas kertas.

Bagi Kementerian Dalam Negeri Prancis, semua kasus ini tidak memungkinkan Benzema untuk dibawa ke pengadilan. Tetapi “ini merupakan sinyal yang sangat ambigu bagi para atlet dengan jumlah fans yang besar.”

Setelah menteri, perwakilan Senat Prancis Valérie Pouilly menuntut pencabutan kewarganegaraan Prancis dan Ballon d’Or dari Benzema. Itu karena Benzema secara terang-terangan membela hak warga palestina. Dia juga membenarkan tuduhan Gerald yang menyebut Benzema punya hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.

Oleh karena itu, sang senator meminta sanksi diberikan kepada Karim Benzema dengan mencabut Ballon d’Or yang diraihnya pada 2022. Dia juga mengajukan permintaan resmi untuk mencabut kewarganegaraan Prancis Benzema.

Di hadapan menteri dan wakilnya, kemarin, mantan Menteri Prancis Nadine Morano menyerang Benzema atas solidaritasnya terhadap rakyat Palestina menyusul agresi Israel di Jalur Gaza.

Morano mengatakan, saat menjadi pembawa acara di C News dan Radio Europe 1, bahwa Benzema menjadi “agen propaganda yang dilakukan oleh Hamas, yang juga bertujuan untuk menghancurkan Israel.”

Morano, salah satu nama penting dalam Partai Republik, mengecam kegagalan Benzema mengambil langkah solidaritas dengan apa yang disebutnya sebagai “Israel korban Hamas.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh politisi sayap kanan John Masiha, yang mengatakan: Benzema merasa lebih terhubung dengan negara Islam dibandingkan dengan Prancis, dan seperti banyak orang lainnya, dia adalah orang Prancis hanya di atas kertas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here