Spirit of Aqsa, Palestina- Kepala Departemen Ilmu Politik Universitas Hebron, Dr. Bilal Al-Shobaki, menilai, isu genjatan senjata yang dilontarkan Presiden Joe Biden cuma akal-akalan semata. Itu karena Amerika-Israel menerima kritikan keras secara internasional dan mendapat tekanan politik dalam negeri.
Selain itu, isu genjatan senjata merupakan ‘operasi misinformasi’ untuk mengetahui komitmen Hamas dalam perjuangan. Amerika-Israel juga cuma ingin memperpanjang durasi negosiasi terkait masalah tahanan di Jalur Gaza.
“Apa yang dilakukan Amerika Serikat adalah ‘operasi misinformasi’ untuk mengurangi tekanan yang dihadapinya secara internal, dan untuk menerima kritik yang diterimanya dari badan-badan internasional karena posisinya dalam mendukung Israel dalam agresinya terhadap Gaza,” kata Bilal, dikutip Al Jazeera, Jumat (10/11).
Hal itu terlihat tindakan penjajah Israel terus membombardir Jalur Gaza yang dimaksudkan untuk memberikan tekanan kepada Hamas. Namun, kata Bilal, Hamas tidak akan mundur dan menerima begitu saja. Hamas memiliki perhitungan sendiri dan tujuan jelas dalam operasi Taufan Al-Aqsa.
Kongkalikong Amerika-Israel soal Genjata Senjata
Mantan diplomat Amerika Serikat, Charles Dunn, menilai wacana genjatan senjata yang dilontarkan Presiden Joe Biden tidak ada hubungannya dengan politik, apalagi soal kemanusiaan.
Tujuan Biden menyebarkan informasi genjatan senjata di platform X murni untuk tujuan militer. Amerika-Israel mencoba mengambil jeda pertempuran dalam melawan faksi pejuang Palestina, baik Al-Qassam maupun Saraya Al-Quds serta faksi pejuang lain.
“Amerika Serikat tidak menuntut gencatan senjata, namun mencoba menerapkan jeda atau gencatan senjata sementara (untuk) mempertimbangkan apa yang sebenarnya dicapai Israel di lapangan dari sudut pandang militer,” ujarnya.
Patut dicatat, perkembangan terkait gencatan senjata sementara ini bertepatan dengan kunjungan Direktur CIA William Burns ke Doha. Dia berkunjung untuk membahas mediasi Qatar yang bertujuan membebaskan tahanan dengan imbalan gencatan senjata kemanusiaan selama berhari-hari.
Namun, hamas tidak akan menerima negosiasi tersebut. Hamas sudah melayangkan pesan bahwa harga pertukaran tahanan adalah pembebasan semua warga Palestina di penjara Israel.
Sumber: Al Jazeera