Mantan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, menyebut penderitaan rakyat Palestina sebagai sesuatu yang “mengerikan” dan mengecam Presiden Donald Trump karena memberikan dukungan tanpa syarat kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Berbicara di New York, Rabu (25/9), dalam acara peluncuran bukunya 107 Days (yang menceritakan kampanye singkatnya melawan Trump setelah Joe Biden mundur dari Pilpres 2024) Harris mendapat protes dari para pendukung Palestina.
Seorang pria dengan masker medis berseru, “Warisanmu adalah genosida, darah rakyat Palestina ada di tanganmu,” sebelum diusir aparat keamanan. Beberapa saat kemudian, seorang perempuan juga berteriak, “Ini salahmu.”
Di tengah ketegangan itu, Harris berusaha meredakan suasana. “Apa yang terjadi pada rakyat Palestina sungguh mengerikan, hal itu menghancurkan hati saya,” ujarnya. “Trump telah memberikan Netanyahu cek kosong untuk melakukan apa pun yang ia mau.”
Harris mengingatkan bahwa lebih dari satu setengah tahun lalu ia sudah mengungkapkan keprihatinannya soal kelaparan di Gaza, meski saat itu ia mengaku mendapat banyak kritik dari pemerintahan Biden karena dianggap terlalu terbuka.
Kepada salah satu pengunjuk rasa, Harris berkata, “Saya memahami kekhawatiran dan perasaan Anda. Sungguh, situasi yang kita hadapi sekarang tidak seharusnya sampai ke titik ini.”
Harris juga menyinggung dukungannya untuk Zahraan Mamdani, calon wali kota New York dari Partai Demokrat yang vokal menentang perang di Gaza. Ia mengaku antusias menanti kampanye Mamdani.
Dalam bukunya, Harris menulis kritik tajam terhadap Trump. Ia menilai pernyataan Trump tentang penderitaan warga sipil Palestina terlalu minim dan dingin, sementara dengan penuh semangat ia justru mendeklarasikan dirinya sebagai “seorang Zionis.”
“Kala itu, saya meminta Joe (Biden) agar simpati yang ia tunjukkan kepada rakyat Ukraina juga ditunjukkan kepada warga sipil tak berdosa di Gaza. Tapi ia tidak mampu melakukannya,” tulis Harris.
Meski sesekali mengecam kebijakan ekstrem pemerintahan Netanyahu dan praktik militer Israel, Harris tetap memuji apa yang disebutnya sebagai “capaian Israel,” termasuk operasi terhadap pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dan Ismail Haniyeh.
Namun ia kembali menegaskan pandangannya: “Israel memang punya hak merespons atas peristiwa 7 Oktober.”