Meskipun Israel kembali melancarkan serangan brutal ke Gaza, Hamas tetap bertahan dan menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada tekanan militer maupun politik. Para analis menilai bahwa perang yang berulang ini tidak akan menghilangkan kekuatan Hamas, justru semakin memperkuat posisi mereka dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.

Dr. Liqaa Maki, peneliti senior Al Jazeera Centre for Studies, menjelaskan bahwa tekanan militer Israel tidak akan memaksa Hamas menyerah atau membebaskan tawanan Israel tanpa imbalan yang sepadan. “Hamas tidak memiliki apa pun lagi untuk dikorbankan. Mereka tidak akan menyerahkan kartu tawanan tanpa harga yang jelas,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa pada akhirnya Amerika Serikat akan menyadari bahwa tekanan militer tidak akan membuahkan hasil dalam menghadapi Hamas. Sejarah menunjukkan bahwa setiap kali Israel meningkatkan serangan, Hamas justru semakin mendapatkan legitimasi dan dukungan dari rakyat Palestina.

Sementara itu, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Thomas Warwick, mengungkap bahwa rencana Washington adalah mendorong Hamas menyetujui kesepakatan pertukaran tawanan sebagai bagian dari gencatan senjata jangka panjang. Namun, Hamas menolak bahkan untuk mendiskusikan kemungkinan keluarnya para pemimpin mereka dari Gaza, karena hal itu akan dianggap sebagai kekalahan strategis.

Ketua Komisi PBB untuk investigasi agresi Israel, William Schabas, menilai bahwa serangan ini membuktikan bahwa Israel tidak menginginkan perdamaian, tetapi justru berupaya menghancurkan rakyat Palestina. “Mereka tidak ingin gencatan senjata, mereka ingin menghapus Gaza,” tegasnya.

Dalam kondisi ini, Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya tetap bersikukuh untuk tidak menyerah. Dr. Maki menegaskan bahwa Hamas tidak bisa dihancurkan oleh perang maupun kesepakatan. Sejarah menunjukkan bahwa setiap kali mereka ditekan, mereka justru muncul lebih kuat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here