Spirit of Aqsa, Palestina – Pengawas HAM Euro-Mediterania menyerukan untuk mengakhiri blokade Gaza yang telah berlangsung sejak 15 tahun lalu. Dia menegaskan, Gaza harus mendapat jaminan internasional karena Palestina akan menggelar pemilu.
Laporan menyebutkan selama dekade lalu, jumlah kerugian individu di Gaza di sektor ekonomi akibat blokade mencapai sekitar 9 ribu USD, disebabkan penutupan berkepanjangan dan perang yang menimpa Gaza, berdasarkan data yang dilansir Konferensi PBB urusan Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporannya pada 25 November 2020 lalu, yang berkesimpulan bahwa biaya ekonomi yang harus dikeluarkan untuk Gaza mencapai 16,7 milyar USD.
Nura Uraiqat, anggota dewan pengawas Euro-Mediterania mengatakan, hari ini kita berada di tahun 2021, tahun ke 15 blokade udara dan darat yang dilakukan Israel atas Gaza, nampaknya masyarakat internasional tidak terganggu dengan kondisi tak layak huni di Gaza, maupun dengan realitas generasi yang tumbuh terisolasi dari dunia luar, selain senjata teknologi canggih yang jatuh dari udara.
Uraiqat menegaskan, kondisi tersebut tak logis dan tak ada landasan moral maupun hukum dan politik. Blokade Gaza harus diakhiri tanpa syarat, dan tidak boleh dilanjutkan, karena hanya mencederai sejarah. Laporan Euro-Mediterania menyebutkan, tingkat pengangguran di Gaza merupakan tertinggi di dunia, setelah sebelumnya mencapai 23,6% tahun 2005, menjadi 49% tahun 2020. PDB perkapita menyusut menjadi 27%.
Sementara tingkat kemiskinan meloncat tinggi dari 40% tahun 2005, menjadi 56% tahun 2020. Disamping kesenjangan kemiskinan meningkat dari 14% menjadi 20%. Biaya pengentasan kemiskinan warga meningkat 4 kali lipat, dari 209 juta USD menjadi 838 juta USD. Laporan menyebutkan, tahun 2020, jumlah masuk kontainer ke Gaza mencapai 7000 kontainer, atau sekitar 50 % dari kebutuhan Gaza, padahal jumlah populasi terus meningkat sejak 2005.
Sebelum blokade Gaza, jumlah warga Palestina yang pergi lewat perlintasan Bet Hanun yang dikelola Israel mencapai 30 ribu orang, sementara pada tahun 2019 hanya mencapai 14,960 orang. Adapun tahun 2020 mencapai 4,600 orang saja, atau menyusut sekitar 85% jika dibandingkan dengan sebelum blokade tahun 2006.
Adapun terkait perlintasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir, tahun 2019, jumlah warga yang keluar dan masuk mencapai 12,172 orang, sementara tahun 2020 mencapai 4,245 orang saja. Kerja perlintasan sangat terdampak akibat wabah corona, sehingga ditutup dalam waktu yang lama, dan ratusan ribu orang termasuk pasien dan mahasiwa serta para pekerja menunggu untuk keluar dan masuk lewat perlintasan.
Di sektor kesehatan, sangat terdampak dan menjadi bukti bagi krisis kemanusiaan, di samping kekurangan obat-obatan dan perlengkapan medis, pusat kesehatan terus berupaya memberikan layanan minimum di tengah kurangnya kemampuan akibat wabah corona. Adapun data bencana akibat blokade, Euro-Mediterania menegaskan situasi saat ini jelang pemilu Palestina mengharuskan adanya dukungan regional dan internasional, untuk mengakhiri blokade dan menyiapkan jaminan supaya tidak terulang kembali di masa mendatang.