Analis militer dan strategi, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, menegaskan bahwa rekaman yang dirilis Brigade Al-Qassam menunjukkan kemampuan pejuang Palestina untuk terus melancarkan pertempuran sengit melawan pasukan pendudukan Israel.

Dalam rekaman tersebut, tampak serangan langsung terhadap kendaraan militer dan posisi pasukan Israel di jalur invasi Khan Younis serta poros Salahuddin, bagian selatan Jalur Gaza.

Menurut Al-Falahi, operasi perlawanan berlangsung dalam kondisi yang sangat kompleks, terutama saat pasukan Israel berusaha menembus wilayah Al-Mawasi di barat Khan Younis, daerah yang belakangan ini menjadi ajang pertempuran intens. Ia menilai, kemungkinan besar ada pertempuran yang tidak terlihat dalam rekaman karena terputusnya jaringan komunikasi di lapangan.

“Pendudukan Israel secara sistematis menghancurkan kawasan pemukiman, sebab mereka tahu pertempuran di area padat penduduk sangat berisiko. Kendaraan lapis baja mereka tidak bisa leluasa bergerak di wilayah semacam itu. Justru ruang-ruang perkotaan memberi keunggulan bagi pejuang Palestina untuk melakukan serangan jarak dekat, termasuk menanam bahan peledak di bawah tank dan kendaraan lapis baja,” jelasnya.

Ia menambahkan, pertempuran yang terjadi berlangsung dari jarak sangat dekat, sebagaimana tampak dalam dokumentasi yang dipublikasikan Al-Qassam. Sejak awal perang, kata dia, perlawanan mampu beradaptasi dengan kondisi, membagi wilayah dan pasukan secara presisi di berbagai titik, hingga ada daerah-daerah yang sampai kini tidak berhasil dimasuki tentara Israel.

Rencana Pengepungan

Sementara itu, pekan lalu kabinet keamanan Israel menyetujui rencana penguasaan Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi. Hari ini, Kepala Staf Militer Israel, Herzi Halevi, melalui wakilnya Eyal Zamer, mengumumkan dimulainya tahap berikutnya dari operasi militer yang disebut “Kereta Gideon.”

Menurut Al-Falahi, strategi baru Israel berfokus pada taktik pengepungan dan blokade penuh terhadap Kota Gaza, sambil melakukan operasi terbatas dengan dalih membebaskan tawanan. “Mereka berusaha meminimalisir kerugian, tapi pada kenyataannya persiapan operasi itu masih penuh hambatan. Perlawanan Palestina masih memiliki jaringan terowongan dan infrastruktur yang tetap aktif, membuat setiap manuver Israel menjadi semakin rumit,” ujarnya.

Lebih jauh, Al-Falahi menegaskan, intensitas serangan udara dan penghancuran gedung-gedung di wilayah seperti Zeitoun bukan semata alasan militer. Israel, katanya, mengklaim wilayah itu sebagai basis infrastruktur perlawanan, padahal langkah penghancuran masif ini sejalan dengan kebijakan pemindahan paksa penduduk, praktik yang sudah dijalankan sejak hari-hari pertama agresi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here