Spirit of Aqsa, Palestina – Pada Selasa (19/1), salah seorang tokoh paling menonjol dalam bersiaga di Masjid Al-Aqsha, Syaikh Ghassan Yunus Abu Ayman, yang dijuluki “Abu Hurairah Al-Aqsha”, meninggal dunia akibat terinfeksi virus Corona sejak tiga bulan lalu.
Dia menyatakan bahwa dia (Syaikh Abu Hurairah Al-Aqsha) telah tertular virus Corona3 bulan yang lalu. Hari ini, Allah telah memilihnya dipanggil ke sisi-Nya dan kembali ke rahmat-Nya. Dia adalah orang yang sangat berbelas kasih kepada yang kecil dan menghormati yang tua. Dia tidak pernah melupakan kucing-kucing dan burung-burung merpati yang ada di dalam Masjid Al-Aqsha, semua tersentuh oleh kelembutannya dan memberinya makan.Kisah Bersiaga di Al-Aqsha.
Selama lebih lima puluh tahun, Syaikh Yunus, lelaki berusia 71 tahun, hampir setiap menghabiskan waktunya di area dan halaman Masjid Al-Aqsha untuk membelanya dalam menghadapi serangan Zionis yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Tidak ada yang mencegah dan menghalanginya, selama bertahun-tahun dia bersiada di dalam Masjid Al-Aqsha kecuali karena sakit yang dialaminya baru-baru ini, yang menyebabkan kematiannya pada Selasa pagi pekan lalu.
Syaikh “Abu Harairah Al-Aqsa” mengunjungi Masjid Al-Aqsha setiap hari sambil membawa tas yang biasa diisi dengan daging, makanan kaleng, dan biji-bijian di pundaknya untuk memberi makan burung-burung dan kucing-kucing yang tinggal di halaman Masjid Al-Aqsha. Dia menilai itu adalah pekerjaan yang sakral baginya. Begitu dia tiba di gerbang Masjid Al-Aqsha, maka burung-burung dan kucing-kucing sudah mengelilinginya. Dia akan memberinya makan sampai matahari terbenam, kemudian dia kembali ke rumahnya di desa Ara, di ujung utara Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948.
Dalam sebuah percakapan kepada media yang telah memuat puluhan kisah tentang dirinya sebelum meninggal, pria tua Palestina ini mengatakan, “Selain membawa biji-bijian, makanan kaleng, dan daging untuk kucing dan burung, saya juga membawa permen di tas dan saku pakaian saya setiap hari untuk saya bagikan kepada semua orang yang saya temui di halaman Masjid Al-Aqsha. Jadi saya memberinya sepotong permen atau cokelat, sampai semua orang mengenal saya meskipun saya datang dari tempat yang jauh.”
Dia menambahkan, “Saya meninggalkan rumah setiap hari di desa Ara di ujung utara Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948, sampai saya tiba pukul tujuh pagi di Masjid Al-Aqsha. Begitu saya masuk melalui gerbang Hatta, kucing-kucing yang ada di sana langsung berlari ke arahku dan berjalan bersamaku sampai aku mencapai halaman Kubah Shakhrah. Mereka berkumpung mengelilingi saya. Saya memberinya makan. Di sana, semua kucing mengenal saya dengan baik. Saya sangat terikat pada mereka. Saya menyebut mereka layaknya penjaga yang selalu bersiaga di dalam Masjid Al-Aqsha.
Para pengunjung Al-Aqsha mewarisinyaKepergiannya telah menyebabkan terjadinya gelombang kesedihan yang luar biasa di media sosial. Karena semua pengunjung Masjid Al-Aqsha dan para pecintanya berduka atas kepergiannya, bahkan mereka yang belum pernah bertemu sehari pun dengannya.
Direktur Departemen Naskah di Masjid Al-Aqsha, Ridwan Amr, dalam ungkapan bela sungkawanya di halaman Facebook, mengatakan, “Beberapa minggu yang lalu, dia shalat Jum’at terakhirnya di Masjid Al-Aqsha. Dia melihat saya dari luar gerbang dalam keadaan sedih. Dia memberi nasehat pada saya agar tetap teguh dan memberi semangat kepada saya bahwa saya pasti akan kembali lagi ke Masjid Al-Aqsha.
Kemudian setelah itu dia bergegas menuju wilayah Palestina (yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948).Warga al-Quds yang juga turut dalam bersiaga di dalam Masjid Al-Aqsha, Khadijah Khuwais, mengatakan, “Abu Harairah Al-Aqsha .. Ya Allah, dia adalah orang yang berperilaku baik, berakhlak mulia dan murah hati. Ya Allah, tetapkanlah dia meninggal sedang dalam keadaan bersiaga. Ampunilah dia, curahkanlah rahmat untuknya, dan muliakanlah di tempat kembalinya.”