Ketegangan kembali meningkat di Gaza meski gencatan senjata masih berlaku. Reporter Al Jazeera melaporkan bahwa pasukan pendudukan Israel meledakkan sejumlah bangunan perumahan di lingkungan Asy-Syujaiyah, sebelah timur Kota Gaza, pada Selasa (11/11). Di sisi lain, seorang warga Palestina syahid di bagian selatan wilayah itu setelah ditembak tentara Israel dengan dalih melintasi “garis kuning.”

Dalam pernyataan resminya, militer Israel mengklaim telah “mendeteksi seseorang yang melintasi garis kuning dan mendekati pasukan yang bertugas di wilayah selatan Gaza, sehingga menimbulkan ancaman langsung.” Israel menyebut pasukannya “mengeliminasi ancaman tersebut di lapangan,” tanpa mengungkap identitas korban maupun nasib jenazahnya.

Sejak diberlakukannya perjanjian gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, tentara Israel telah beberapa kali melakukan pembunuhan serupa, berulang kali melanggar kesepakatan yang seharusnya menghentikan aksi militer.

Adapun “garis kuning” merujuk pada batas yang ditetapkan dalam fase pertama rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza — garis yang membagi wilayah selatan dan mencakup lebih dari separuh luas Jalur Gaza.

Ditemukannya Puluhan Jenazah Tak Dikenal

Di tengah reruntuhan dan luka yang belum sembuh, Dinas Pertahanan Sipil Gaza mengumumkan penemuan 35 jenazah tak dikenal yang dievakuasi dari halaman Klinik Syaikh Ridwan di Kota Gaza. Jenazah-jenazah itu sebelumnya dikuburkan tergesa-gesa di tengah kekacauan perang pemusnahan massal yang dilancarkan Israel selama dua tahun terakhir.

Dalam pernyataannya, lembaga itu menjelaskan bahwa jenazah-jenazah tersebut telah dipindahkan ke Rumah Sakit Asy-Syifa untuk diambil sampel DNA dan diidentifikasi dengan bantuan lembaga internasional. Setelah 48 jam, jenazah yang belum teridentifikasi akan dimakamkan di pemakaman Palang Merah di Kota Deir al-Balah, Gaza Tengah.

Halaman Klinik Syaikh Ridwan hanyalah satu dari puluhan lokasi darurat yang dijadikan tempat pemakaman massal oleh warga selama perang. Laporan Euro-Mediterranean Observatory for Human Rights sebelumnya menyebut, ribuan warga Palestina terpaksa menguburkan keluarga mereka di taman, jalan, dan halaman rumah sakit karena tidak dapat mencapai pemakaman resmi, banyak di antaranya terletak di zona pendudukan militer Israel.

Sejak gencatan senjata diberlakukan, tim penyelamat dan keluarga korban terus memindahkan jenazah dari kuburan darurat menuju pemakaman resmi setelah berhasil diidentifikasi.

Krisis Kemanusiaan dan Luka yang Masih Terbuka

Di tengah penderitaan yang berkepanjangan, Kementerian Kesehatan Palestina bersama sejumlah lembaga internasional meluncurkan kampanye imunisasi bagi anak-anak yang kehilangan akses vaksin selama perang.

Program ini menargetkan lebih dari 44.000 anak usia di bawah tiga tahun di seluruh wilayah Gaza, untuk melindungi mereka dari ancaman wabah penyakit yang meningkat di kamp-kamp pengungsian.

Kementerian juga mengungkapkan bahwa jumlah warga Gaza yang mengalami amputasi telah mencapai sekitar 6.000 orang, dengan anak-anak mencakup 25% dari total korban, dan perempuan lebih dari 12%. Pemerintah menyerukan dukungan internasional yang lebih luas untuk menyediakan program rehabilitasi dan bantuan psikologis jangka panjang bagi para penyintas.

Perang pemusnahan Israel yang dimulai pada 8 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina dan melukai 170.000 lainnya, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here