Seorang warga Palestina syahid Selasa pagi setelah ditembak pasukan Israel di timur Khan Yunis, sementara operasi penghancuran sisa bangunan di wilayah yang disebut “Garis Kuning” terus berlangsung.
Sumber medis melaporkan korban syahid terkena tembakan di kota Bani Suhaila, timur Khan Yunis. Pada saat bersamaan, serangan udara Israel menargetkan wilayah di belakang Garis Kuning, disertai penembakan artileri di lokasi yang sama.
Korban luka juga tercatat akibat serangan udara di Jalan Masjid Hassan Al-Banna. Di Rafah, kapal perang Israel menembakkan artileri ke pesisir, tanpa laporan korban. Di Gaza, operasi penghancuran bangunan di Lingkungan Syujaiya, timur kota, masih terus berlangsung meski gencatan senjata berlaku sejak 10 Oktober 2025.
Hamas menegaskan, pelanggaran Israel ini mengancam langsung gencatan senjata, mencerminkan “tidak adanya komitmen dari pihak pendudukan dan ketiadaan jaminan internasional.”
Bahaya Reruntuhan dan Bahan Peledak
Pertahanan sipil melaporkan tiga warga terluka akibat ledakan bahan peledak dekat Masjid Hassan Al-Banna, Khan Yunis. Juru bicara pertahanan sipil Mahmoud Bassal menyebut sisa-sisa militer Israel masih menjadi ancaman harian bagi warga, termasuk anak-anak.
Ia menambahkan, empat warga lainnya terluka kemarin dalam dua insiden terpisah, salah satunya kritis karena menyentuh sisa bahan peledak. Bassal menyerukan dunia segera bertindak untuk menyelamatkan warga sipil yang terjebak di reruntuhan dan tanah hancur.
Hamas juga menuntut pihak internasional segera membersihkan sisa bahan peledak, yang kini menjadi “bom waktu yang mengancam nyawa warga sipil.”
Hujan Deras Perparah Krisis Pengungsi
Hujan deras yang melanda Gaza memperburuk kondisi tenda pengungsi, menimpa puluhan ribu keluarga yang tinggal di pusat evakuasi dan kamp darurat. Pertahanan sipil memperingatkan kemungkinan terhentinya operasi penyelamatan akibat bahan bakar habis dan terbatasnya kendaraan di tengah cuaca ekstrem.
Pengungsi hidup dalam kondisi tragis, tanpa fasilitas dasar di tenda-tenda mereka, sementara Israel masih melarang masuknya rumah darurat dan perlengkapan vital. Dampak hujan deras paling parah terasa di Mawasi, barat Khan Yunis, yang menampung konsentrasi pengungsi terbesar.
Kondisi ini menegaskan bahwa, meski gencatan senjata berlaku, warga Gaza tetap terjebak antara agresi militer, reruntuhan mematikan, dan bencana alam.
Sumber: Al Jazeera, Media Palestina










