Meski secara resmi gencatan senjata telah diumumkan, langit Gaza belum benar-benar tenang. Suara dengung drone Israel masih menggantung rendah di udara, terutama di bagian timur Jalur Gaza, wilayah yang secara teknis masih berada di bawah kendali militer Israel. Bagi warga Gaza, suara itu bukan tanda kedamaian, melainkan pengingat betapa rapuhnya jeda perang ini.
Sepanjang malam, ledakan kecil masih terdengar di kejauhan, sesekali, tapi terus berulang.
“Kalau gencatan senjata saja terdengar seperti ini,” ujar salah satu warga, “bagaimana kami bisa yakin perang tidak akan mulai lagi?”
Ketakutan itu belum pernah benar-benar pergi. Selama dua tahun hidup di bawah hujan bom, dengung mesin drone telah menjadi bagian dari keseharian. Bagi banyak orang, suara itu seperti peringatan bahaya, bahkan saat langit tampak tenang.
Para orang tua bercerita, anak-anak mereka sering terbangun tengah malam, mengira suara drone adalah serangan udara. Orang dewasa pun mengaku refleks ketakutan setiap kali mendengar suara keras, entah pintu tertutup atau mesin truk yang meledak balik.
Inilah warisan dua tahun pemboman tanpa henti: trauma yang tak lagi hanya tinggal di pikiran, tapi sudah menyatu dengan kehidupan sehari-hari.
Sumber: Laporan Jurnalis Hani Mahmoud dari Kota Gaza










