Satu juta perempuan dan anak perempuan di Jalur Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan ekstrem. Laporan dari lembaga-lembaga kemanusiaan PBB menyatakan bahwa bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan masih belum bisa masuk ke wilayah terkepung, sementara Program Pangan Dunia (WFP) mengaku tak mampu membawa suplai yang memadai karena blokade Israel yang terus berlangsung.

“Bukti semakin banyak menunjukkan bahwa kelaparan, malnutrisi, dan wabah penyakit kini menjadi penyebab utama meningkatnya angka kematian,” demikian bunyi laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang didukung PBB.

Menurut laporan itu, konsumsi pangan di Gaza telah mencapai ambang batas kelaparan di hampir seluruh wilayah. Krisis gizi akut paling parah terjadi di Kota Gaza.

PBB sebelumnya juga merilis bahwa 100% penduduk Gaza kini berada dalam kondisi kerawanan pangan akut, dampak dari blokade total dan agresi militer yang tak kunjung berhenti sejak 7 Oktober 2023.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, hingga Senin kemarin (28/7), sebanyak 147 warga Palestina telah syahid akibat kelaparan, di antaranya 88 adalah anak-anak.

Tangisan Bayi Tanpa Susu, Diamnya Dunia

“Tidak ada setetes pun susu formula yang masuk ke Gaza selama berbulan-bulan,” ungkap Dr. Muhammad Abu ‘Afsy, Direktur Layanan Medis Darurat Gaza. Ia menambahkan, “Anak-anak di sini kekurangan gizi berat dan nyawa mereka terancam.”

Kondisi ini diperparah oleh minimnya bantuan yang masuk. Seorang pejabat Komite Darurat Gaza menegaskan, “Tak ada perubahan signifikan. Bantuan yang masuk hanya cukup untuk setengah hari kebutuhan.” Ia menantang negara-negara Arab untuk berhenti mengecam, dan mulai bertindak.

“Kalau tidak mampu hentikan genosida dan kelaparan ini, setidaknya beri ruang bagi rakyat untuk menyuarakan kebenaran,” katanya.

WFP: Kami Tak Diberi Izin Bawa Bantuan

Meski Israel mengklaim telah membuka jalur bantuan, Program Pangan Dunia (WFP) menegaskan hal itu tak terbukti di lapangan. Ross Smith, Kepala Penasehat Regional WFP, menyatakan dalam konferensi pers virtual dari Jenewa: “Kami belum memperoleh izin untuk membawa bantuan dalam jumlah yang kami butuhkan.”

Smith mengungkapkan bahwa kasus malnutrisi pada anak di bawah lima tahun melonjak empat kali lipat, dan sebagian wilayah Gaza kini sudah memasuki fase kedua dan ketiga dari tiga level kelaparan ekstrem.

“Waktu kita hampir habis untuk menyelamatkan Gaza,” tegasnya.

Genosida Berkedok Blokade: Amerika di Balik Derita Gaza

Gaza kini mengalami salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern. Sejak 2 Maret 2025, Israel menutup semua gerbang bantuan ke Gaza, memblokade makanan dan obat-obatan, dan menciptakan kelaparan sistematis sebagai senjata perang.

Hasilnya tragis: lebih dari 205 ribu warga Palestina gugur atau terluka, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Sembilan ribu lainnya masih hilang. Ratusan ribu orang mengungsi, dan kematian akibat kelaparan terus bertambah, dengan dukungan diam-diam dari Amerika Serikat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here