Oleh: Ustaz Asep Sobari, Lc (Pendiri Sirah Community Indonesia)

Sebenarnya, perang Tabuk urung terjadi. Ratusan ribu tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Heraklius mundur sebelum berperang karena gentar dengan 30 ribu pasukan Rasulullah SAW. Sejumlah riwayat menyebutkan, perang Tabuk terjadi pada musim panas di bulan Rajab sekitar tahun ke-6 Hijiriyah.

Heraklius merasa dipermalukan dengan kejadian tersebut. Dia bahkan sangat murka dengan kekalahan pasukan Romawi sebelum bertempur. “Tentara kita sanggup mengalahkan tentara Persia. Mustahil mereka tidak bisa mengalahkan orang Arab yang tidak beradab itu,” kata Heraklius seperti dikutip dari buku ‘The Kalifah’ buah tangan Abdul Latip Talib.

Sebenarnya, ada beberapa peristiwa penting di Tabuk yang menunjukkan Rasulullah SAW sangat serius membuat strategi untuk menaklukkan Baitul Maqdis. Meski dalam catatan sejarah, Baitul Maqdis baru ditaklukkan pada masa kekhalifaan Umar bin Khattab. Tapi, pencapaian Umar bin Khattab itu tidak terlepas dari jalan mulus yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW.

Peristiwa Tabuk juga merupakan salah satu strategi Rasulullah SAW agar kaum muslim mudah masuk ke Syam, atau memudahkan pembebasan Baitul Maqdis. Dalam catatan sejarah, peristiwa Tabuk itu terjadi akibat manuver yang dilakukan oleh Heraklius untuk menyerang Madinah, yang telah mempermalukan mereka di Mu’tah, juga perang Sariyah di Gassan.

Heraklius mengumpulkan pasukannya pada musim panas tahun keenam Hijiriah untuk menyerang Madinah. Namun, mereka berhenti di Tabuk untuk menunggu musim dingin. Rencananya, mereka akan menyerang Madinah saat memasuki musim dingin.

Tapi Rasulullah SAW memiliki strategi yang lebih gemilang. Beliau tidak mau menunggu. Sebab, jika pasukan kaum muslimin bertahan di Madinah menunggu kedatangan pasukan Romawi, secara logika mereka akan kalah. Tak hanya itu, umat Islam di sepanjang perjalanan Tabuk ke Madinah akan dihabisi karena akan dilewati oleh pasukan Romawi yang begitu besar. Maka, Rasulullah mengumumkan kepada para sahabat, bahwa beliau akan memimpin pasukan secara langsung pasukan untuk berangkat ke Tabuk.

Pesan dari Tabuk untuk Romawi

Kabar keputusan Rasulullah SAW akan berangkat pada musim panas itu juga ternyata sampai ke pasukan Romawi. Kabar itu membuat mereka ciut dan akhirnya membubarkan diri karena takut berhadapan dengan pasukan Muhammad SAW. Itu artinya, Rasulullah telah memetik kemenangan tanpa harus ada pertumpahan darah.

Hal itu mendandakan bahwa kaum muslimin kala itu sangat kuat, reputasi mereka sudah tersebar ke mana-mana, sehingga mampu menciutkan musuh sekaliber Romawi. Secara internasional, reputasi Madinah juga semakin kuat, terutama di tengah masyarakat Arab di wilayah Utara. Reputasi Madinah juga menyiutkan musuh yang ada di perbatasan Syam.

Namun, apakah Rasulullah memilih memulangkan pasukannya setelah Romawi bubar? Tidak. Rasulullah SAW menetap di Tabuk selama 20 hari. Ada banyak pesan yang hendak disampaikan kepada kelompok yang memusuhi Islam. Selain itu, pilihan Rasulullah menetap di Tabuk juga merupakan salah satu stratetgi agar penaklukan Baitul Maqdis semakin mudah.

Strategi bertahan di Tabuk itu juga mengirim pesan tersirat kepada Romawi. Seakan-akan Rasulullah SAW menantang pasukan Romawi untuk bertempur berhadap-hadapan di Tabuk jika mereka berani. “Wahai Heraklius, kalau engkau ingin berhadapan denganku dan pasukanku, aku ada di sini, aku tunggu. Kalian bubar mungkin ada alasan teknis, apapun alasannya, tapi silakan kumpulkan lagi, dan aku tunggu lagi.” Begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan Rasulullah SAW.

Hal itu dikarenakan perjalanan dari Romawi ke tabuk dekat. Sekitar 5 hari perjalanan. Artinya, 20 hari Rasulullah SAW di Tabuk adalah langkah berani jika Romawi berani datang ke daerah tersebut untuk bertempur. Namun, setelah berhari-hari menunggu, ternyata Romawi tak kunjung datang. Tidak ada satu pun kekuatan yang datang ke Tabuk. Ini menjadi salah satu perang opini yang dilancarkan oleh Rasulullah SAW.

Tabuk, Bukti Kaum Muslimin Sudah Kuat Secara Mental dan Ekonomi

Pesan kedua dari peristiwa Tabuk adalah kekuatan mental dan ekonomi kaum muslimin sudah kuat. Bayangkan, 30 ribu pasukan bertahan di tabuk tentu butuh makanan dan berbagai perlengkapan lainnya.

Kala itu, 1 ekor unta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 100 orang dari pasukan Rasulullah SAW. Artinya, dibutuhkan 200 unta per hari untuk kebutuhan perut, dan sekitar 6000 unta untuk bertahan selama 20 hari. Itu belum termasuk kala perjalanan pulang-pergi. Hal itu menunjukkan kekuatan kaum muslimin sangat kuat, sekaligus pengorbanan mereka tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan mana pun di dunia saat ini. Sebab, semua kebutuhan pasukan berasal dari infak kaum muslimin.

Dalam sejarah pertempuran Romawi dan Madinah, Romawi tidak pernah benar-benar menyerang Madinah. Kesempatan terbaik Romawi adalah Tabuk, namun itu gagal total, dan justeru menjatuhkan reputasi mereka. Rasulullah SAW sudah menguasai Tabuk secara lapangan dan opini. Artinya, Romawi sudah tidak bisa menjadikan Syam sebagai pertahanan.

Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat di Tabuk?

Selama 20 hari di Tabuk, Rasulullah SAW tidak menyia-nyiakan kesempatan. Beliau mengirim pasukana kecil ke berbagai wilayah di sekitar Tabuk dan Syam. Pengiriman pasukan itu untuk membuat perjanjian dengan kabilah yang tinggal di sekitar Tabuk dan Syam untuk tidak tunduk ke Romawi atau tunduk kepada kaum muslimin dengan membayar jizyah.

Langkah Rasulullah SAW itu tentu pukulan telak bagi Romawi secara politik. Hal itu mengancam Romawi secara langsung. Sebab, Madinah tidak pernah diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan di Jazirah Arab, tapi mampu muncul dengan kekuatan yang mengancam di perbatasan Romawi.

Namun inti dari strategi Rasulullah itu adalah perbatasan Romawi, atau Syam, sudah rapuh secara geopolitik. Romawi sudah takluk dan terancam secara politik. Artinya, pembebasan Baitul Maqdis semakin dekat.

Isyarat Pembebasan Baitul Maqdis di Tabuk

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Auf bin Malik, saat di Tabuk Auf bin Malik datang ke tenda Rasulullah SAW. Beliau menyambutnya dengan hangat kemudian menyampaikan kabar terkait 6 tanda hari kiamat.

Dua dari 6 tanda hari kiamat itu adalah kematian Rasulullah SAW dan penaklukan Baitul Maqdis. Pesan beliau kepada Auf bin Malik itu menceritakan semua strategi Rasulullah untuk membebaskan Baitul Maqdis, bahwa pada akhirnya kiblat pertama umat Islam itu akan jatuh ke tangan kaum muslimin.

Rasulullah memang menargetkan Syam setelah menaklukkan Kota Makkah untuk membawa Islam ke level dunia. Secara geografis, Syam merupakan wilayah yang sangat strategis untuk melakukan ekspansi.

Kedua, pembebasan Baitul Maqdis dicupakan Rasulullah ketika berada di tabuk, dan menyebut pencapaian itu akan terjadi setelah kematian beliau. Itu akan menjadi salah satu pencapaian terbesar umat Islam setelah beliau wafat. Maka itu, dalam catatan sejarah, kita bisa menyaksikan bagaimana Abu Bakar dan Umar bin Khattab terus berupaya membebaskan Baitul Maqdis.

Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis

Editor: Moe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here