Spirit of Aqsa | Al-Quds – Sinar dari lentera listrik biasanya menerangi jalan-jalan di seantero Palestina, mulai dari Gaza, Tepi Barat, hingga Yerusalem, tiap malamnya. Suasana semakin meriah manakala rumah-rumah dipenuhi dengan dekorasi khas Bulan Ramadhan.
Namun, tahun ini tampaknya akan berbeda. Awal Ramadhan yang biasanya disambut gegap gempita, berubah menjadi sendu menyusul pandemi virus corona.
Karena virus itu pula, kegiatan berkumpul kini dilarang. Alhasil, tradisi berbuka bersama tak akan terlihat. Begitu pula dengan salat tarawih.
Pemerintah Palestina telah memerintahkan penutupan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, restoran, dan masjid. Hingga saat ini, tercatat 335 orang terinfeksi corona di Palestina dengan dua orang meninggal dunia.
Bagi warga Palestina, tak ada yang lebih menyedihkan dari ditutupnya Masjidil Aqsa. Biasanya hampir 10 ribu orang berduyun-duyun beribadah di masjid yang terletak di Yerusalem itu.
“Keputusan ini merupakan yang pertama kali sejak 1.400 tahun. Ini berat, sangat berat. Hati kami terluka,” ujar Direktur Masjidil Aqsa, Sheikh Omar Al-Kiswani, dikutip Reuters, Kamis (23/4).
Virus corona rupanya tak hanya berdampak kepada peribadatan, ekonomi pun lesu. Para pemilik toko dan restoran mengeluhkan sepinya pengunjung selama wabah ini menyebar.
Menjelang dan selama Ramadhan, orang-orang biasanya memenuhi pasar. Membeli sayuran dan daging untuk kebutuhan sahur dan berbuka. Akan tetapi, dengan kondisi seperti sekarang, banyak yang hanya melakukan window shopping karena memilih menabung uang mereka.
“Orang datang ke pasar hanya untuk menghabiskan waktu mereka, menghibur diri mereka. Tidak ada seorang pun yang membeli,” ucap pemilik restoran, Anas Qaterji.
“Ini sungguh Ramadhan yang bikin kami sedih,” timpal pemilik supermarket, Maher al-Kurdi.
sumber: Kumparan