Pasukan pendudukan Israel kembali menumpahkan darah di Tepi Barat. Dua pemuda Palestina ditembak mati di dekat kota Al-Khadr, selatan Betlehem, dengan dalih melemparkan botol molotov ke jalan utama. Sementara itu, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, Ibrahim Hamran, juga syahid ditembak pasukan penjajah di dekat kota Arraba, selatan Jenin.
Menurut laporan Bulan Sabit Merah Palestina, pasukan pendudukan tidak hanya melepaskan tembakan, tapi juga menghalangi mobil-mobil ambulans yang hendak menyelamatkan para korban luka di Al-Khadr. Ini bukan hanya pelanggaran hak asasi, tetapi juga bagian dari pola kekerasan sistematis terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya.
Kematian Ibrahim Hamran menambah daftar panjang anak-anak yang menjadi sasaran peluru penjajah. Ia adalah anak kedua yang gugur di kawasan ini dalam 24 jam terakhir, setelah Ibrahim Nasr, yang syahid sehari sebelumnya di Qabatiya.
Sejak awal tahun, serangan brutal pasukan Israel di Jenin dan sekitarnya telah merenggut nyawa 42 warga Palestina, termasuk 12 anak-anak. Angka ini bukan statistik, melainkan jeritan dari keluarga-keluarga yang kehilangan.
Dalam beberapa bulan terakhir, agresi pendudukan di Tepi Barat meningkat tajam. Desa-desa dihancurkan, keluarga-keluarga diusir, dan kamp-kamp pengungsi dibombardir. Semua ini berlangsung seiring dengan genosida yang terus berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023.
Data resmi dari Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan, lebih dari 1.000 warga Palestina telah syahid di Tepi Barat akibat serangan tentara dan kelompok pemukim Israel, dan lebih dari 6.700 lainnya terluka.
Di balik angka-angka itu, ada nyawa yang direnggut, masa depan yang dipadamkan, dan sebuah bangsa yang terus berjuang bertahan di bawah bayang-bayang pendudukan yang tak mengen