Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Zionis Israel melihat jurnalis yang sedang melakukan kerja junalistik di Jalur Gaza sebagai ancaman besar. Hingga Sabtu (11/11), lebih  40 jurnalis yang syahid karena menjadi target pengeboan. Itu berbeda lagi dengan aktivis media sosial yang telaten menyebarkan informasi terkini Gaza.

Al Jazeera menggambarkan kehidupan para jurnalis di Jalur berada di antara pembunuhan dan ancaman. Kejahatan itu tak hanya menyasar jurnalis lokal Palestina, namun banyak pula jurnalis internasional yang secara tiba-tiba diberhentikan sementara. Menurut sumber Al Jazeera, mereka diberhentikan sementara karena mendapat tekanan dari zionis Israel.

Bahkan, zionis Israel memfitnah Persatuan Jurnals Palestina menyebarkan hasutan ke seluruh dunia. Padahal, propaganda tersebut hanya cara zionis Israel untuk mencari pembenaran  dalam melakukan kejahatan perang.

Situs web Kementerian Luar Negeri dan media Israel menerbitkan nama dan foto jurnalis Palestina, yang beberapa di antaranya bekerja untuk kantor berita internasional.

Persekusi Terburuk dalam Sejarah Jurnalisme Internasional

Persatuan Jurnalis Palestina menyatakan “adalah yang terburuk dalam sejarah jurnalisme internasional karena banyaknya korban di kalangan jurnalis yang menderita akibat pembantaian pasukan pendudukan Israel.”

Menurut Komite Kebebasan Pers Syndicate, “44 jurnalis Palestina gugur, selain sejumlah aktivis media sosial yang jumlahnya tidak ditentukan, yang menjadi sasaran pendudukan dengan pembunuhan, penangkapan, pemboman, dan penganiayaan.”

Tentara penjajah Israel menargetkan sekitar 62 institusi media dengan pemboman dan penghancuran total atau sebagian, dan menghancurkan lebih dari 70 rumah jurnalis. Hal itu menyebabkan sekitar 200 keluarga jurnalis syahid di Jalur Gaza.

Ketua komite kebebasan serikat pekerja, Muhammad al-Laham, percaya bahwa jumlah korban kejahatan dan pelanggaran pendudukan mungkin lebih besar dan lebih berbahaya daripada yang disebutkan. Itu karena sulit mendapatkan informasi akurat akibat ancaman dan pengeboman terus-menerus.

Al-Lahham mengandalkan laporan lembaga internasional yang memantau pelanggaran di dunia, “yang dalam sejarahnya belum pernah terjadi pembunuhan 44 jurnalis dalam satu bulan di tingkat global, karena rata-rata 50 jurnalis terbunuh setiap tahunnya di seluruh dunia.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here