Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) kembali mengeluarkan peringatan keras terkait krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Dalam laporan terbarunya pada Rabu (22/4), OCHA menegaskan bahwa blokade bantuan oleh Israel secara langsung mengancam kelangsungan hidup lebih dari dua juta penduduk Gaza.
“Larangan terus-menerus terhadap akses bantuan berarti merampas hak dasar warga untuk bertahan hidup,” bunyi pernyataan resmi OCHA.
Kondisi ketahanan pangan disebut mengalami “penurunan drastis” di seluruh wilayah Gaza. Organisasi itu menyatakan krisis gizi memburuk dengan sangat cepat, terutama di Gaza utara yang paling terdampak.
Data terbaru mencatat bahwa salah satu mitra PBB memeriksa 1.300 anak di Gaza Utara pekan lalu, dan menemukan lebih dari 80 kasus gizi buruk akut—jumlah yang meningkat dua kali lipat dibanding pekan-pekan sebelumnya.
Kekurangan bahan pangan dan gizi disebabkan oleh larangan masuk bantuan serta kesulitan dalam mendistribusikannya di dalam Gaza. Bahkan akses ke gudang penyimpanan utama, seperti milik UNICEF di Rafah, masih sangat terbatas.
OCHA menyerukan kepada negara-negara berpengaruh untuk segera mendesak penghentian total larangan masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. Distribusi bantuan juga harus dilakukan secara merata dan aman, berdasarkan prinsip kemanusiaan universal: kemanusiaan, netralitas, integritas, dan independensi.
Satu-satunya kabar baik, menurut OCHA, adalah keberhasilan satu truk pengangkut bantuan pangan melintasi Gaza dari utara ke selatan dua hari lalu. Bantuan itu diperkirakan bisa mendukung kebutuhan gizi sekitar 470 anak selama satu bulan. Namun OCHA menilai, jumlah tersebut masih sangat jauh dari mencukupi dan hanya akan menjadi penyelamat sementara.
Ancaman Wabah dan Kehabisan Obat-obatan
Lousie Wateridge, pejabat darurat dari UNRWA—lembaga PBB untuk pengungsi Palestina—mengeluarkan peringatan tambahan. Menurutnya, Gaza kini di ambang krisis kesehatan besar akibat kehabisan obat-obatan, setelah lebih dari 50 hari bantuan medis dilarang masuk oleh otoritas Israel.
Wateridge juga mengungkapkan bahwa persediaan pestisida untuk pencegahan penyakit di Gaza tinggal cukup untuk 10 hari ke depan. “Jika stok ini habis, maka tidak ada lagi upaya perlindungan yang bisa dilakukan,” ujarnya.