Spirit of Aqsa, Palestina- Media-media Israel mengungkapkan, tentara Israel memutuskan untuk menarik pasukan elite Brigade Golani dari Jalur Gaza setelah 60 hari pertempuran. Brigade tersebut diperkirakan mengalami kerugian personel dalam jumlah besar sehingga harus ditarik untuk mengatur barisan.
Dalam data yang dilansir Kementerian Luar Negeri Israel, sedikitnya 82 anggota Brigade Golani didaftarkan dalam nama pasukan yang tewas sejak serangan ke Gaza pada 27 Oktober lalu. Dari jumlah itu, terdapat nama-nama perwira menengah hingga perwira tinggi yang tewas sejak serangan darat ke Gaza sejak 27 Oktober.
Diantaranya adalah Kolonel Itzhak Ben Basat (44 tahun), komandan Pasukan Komando Depan, Brigade Golani. Ia tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza utara. Kemudian Mayor Moshe Avram Bar On (23), komandan kompi Batalyon 51 Brigade Golani. Ia juga tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza utara.
Selanjutnya ada Mayor Roei Meldas (23), komandan kompi Batalyon 13 Brigade Golani, serta Kapten Liel Hayo (22), komandan peleton Batalyon 51 Brigade Golani. Keduanya juga tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza utara.
Salah satu komandan Brigade Golani dalam daftar adalah Letkol Tomer Grinberg (35). Ia merupakan komandan Batalyon 13, Brigade Golani. Tomer Grinberg sempat terekam memberikan semangat kepada pasukannya di perbatasan dengan Gaza bahwa mereka akan menghabisi Hamas dan keluar Gaza dengan berjaya. Ia tak keluar dari Gaza hidup-hidup, tewas dalam serangan di Gaza utara.
Pakar militer Mayjen Fayez Duwairi mengatakan kepada Aljazirah, Brigade Golani adalah salah satu pasukan paling elite militer Israel. Satuan itu terdiri dari delapan batalyon; yakni empat batalyon tank, dua batalyon infanteri, satu batalyon penerjun payung, satu batalyon artileri, serta perbekalan dan operasi pemeliharaan.
Brigade ini dibentuk pada bulan Februari 1948 selama pembersihan etnis Zionis di Palestina. Mereka telah berpartisipasi dalam semua perang besar Israel melawan negara-negara Arab. Pada 2014, Golani menderita kerugian besar di lingkungan Shujaiya.
Pertempuran Shujaiya yang digelar pasukan penjajah Israel (IDF) saat ini dimaksudkan untuk mengirimkan pesan kuat bahwa Golani telah berhasil mengatasi rintangan di wilayah itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, karena Golani telah kehilangan puluhan petinggi dan perwiranya yang memaksa mundurnya pasukan yang diumumkan pada Kamis.
Al-Duwairi mengatakan bahwa menurut aturan militer, mengeluarkan unit militer dari pertempuran berarti unit tersebut kehilangan 40 persen kemampuan tempur dan peralatan tempurnya. Pakar militer tersebut menegaskan bahwa penarikan Brigade Golani membuktikan kebenaran apa yang diumumkan Brigade Izzuddin n al-Qassam tentang penghancuran sejumlah besar kendaraan tentara penjajah.
Al-Duwairi mengungkapkan, kepergian Golani dari Gaza merupakan indikasi kondisi pertempuran terkini. Hal itu juga menggambarkan dan efektivitas pasukan pejuang Palestina dalam mengelola pertempuran mereka 53 hari setelah pertempuran darat.
Al-Duwairi menjelaskan, Brigade Golani adalah ujung tombak agresi Israel di Jalur Gaza, dan mereka mengalami guncangan besar dalam pertempuran tersebut. Ini menunjukkan intensitas pertempuran dan besarnya kerugian.
Beberapa jam sebelum pengumuman militer Israel soal mundurnya Golani, juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Perlawanan Palestina telah berhasil menimbulkan kerugian besar pada tentara Israel di Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Ia juga mengatakan bahwa Perlawanan Palestina telah menghancurkan seluruh atau sebagian 720 kendaraan militer Israel, dan semangat perlawanan lebih tinggi dari sebelumnya.
Dia menekankan bahwa keputusan penarikan pasukan ini akan mempengaruhi moral tentara Israel. Bahkan jika keputusan itu bertujuan untuk mengatur kembali kekuatan, seperti yang dikatakan Israel, pemulihan ini akan membutuhkan waktu yang lama. “Karena brigade tersebut belum siap berperang sampai kekuatannya setidaknya 90 persen, dan kekuatan pasukannya. Brigade Golani saat ini kurang dari 60 persen.”
Sumber: Media Israel, Aljazeera, Republika