Serangan mematikan di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, menjadi cerminan bagaimana taktik baru perlawanan Palestina mengubah jalannya perang. Menurut analis militer Brigadir Elias Hanna, operasi itu menunjukkan strategi “serangan taktis”: mengorbankan wilayah, tetapi memaksa Israel membayar mahal dengan kerugian pasukan.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, merilis rekaman penyergapan yang menewaskan 5 tentara Israel dan melukai sekitar 20 lainnya. Peristiwa itu terjadi pada 7 Juli lalu, dekat perbatasan Gaza dan pos perlintasan Erez, menargetkan unit Netzah Yehuda dari Divisi 99, yang sebelumnya juga diserang di Khan Younis.

Hanna mengingatkan, Divisi 99 sudah berlatih khusus menghadapi pertempuran perkotaan di “kota tiruan Gaza” yang dibangun militer Israel di gurun Negev pada 2018–2019. Namun, justru di lapangan nyata, mereka kembali dijebak.

Kunci operasi Beit Hanoun adalah perencanaan matang: ranjau-ranjau ditanam 12 jam sebelum penyergapan. Fakta bahwa militer Israel gagal mendeteksi langkah ini menunjukkan kelemahan sistem pengawasan mereka. Bagi Hanna, ini bukti bahwa perlawanan mampu menembus mata intelijen Israel.

Lebih jauh, Hanna menilai model serangan ini bisa menjadi gambaran apa yang menanti militer Israel jika mereka memaksa menduduki Kota Gaza. “Tidak ada satu pun pasukan Israel di sektor ini yang benar-benar jauh dari jangkauan perlawanan,” ujarnya.

Yang membuat operasi ini lebih signifikan adalah penggunaan intelijen lapangan: kamera tersembunyi, jebakan berlapis, dan evakuasi cepat menuju titik aman yang tak diketahui Israel. Hasilnya, pasukan pendudukan seakan berperang melawan “bayangan”, musuh yang tak kasatmata, tetapi selalu menunggu di tikungan berikutnya.

Ilustrasi itu nyata saat penyergapan terjadi: pasukan Israel pertama dihantam ledakan, dan saat mereka mendatangkan bala bantuan, unit kedua justru terkena serangan susulan. Artinya, perlawanan tetap berada di lokasi, berlawanan dengan kalkulasi Israel yang salah mengira operasi telah berakhir.

Serangan Beit Hanoun bukan sekadar kemenangan taktis, melainkan pesan strategis: Gaza bukanlah ruang kosong yang bisa direbut seenaknya, melainkan labirin penuh jebakan di mana setiap langkah bisa berujung maut bagi pasukan pendudukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here