Para aktivis internasional yang berada di atas kapal Handala menolak tunduk pada intimidasi Israel. Mereka menolak menandatangani dokumen pembebasan paksa dan memilih melawan dengan cara damai: mogok makan.

Menurut media Israel pada Senin (28/7), seluruh aktivis yang menaiki kapal Handala telah menjalani interogasi intensif oleh aparat keamanan Zionis, setelah kapal mereka dikepung dan dibajak secara paksa oleh angkatan laut Israel di hari ketujuh pelayaran menuju Gaza.

Kapal Hanzala sendiri berangkat dari Italia pada 13 Juli dalam misi solidaritas untuk menembus blokade ilegal atas Gaza. Namun baru mendekati perairan Palestina, kapal langsung disergap dan ditarik ke pelabuhan Ashdod oleh militer Israel.

Zionis Siapkan Deportasi, 12 Aktivis Menolak Tunduk

Pusat Hukum Adalah (Adalah Legal Center) melaporkan bahwa tiga aktivis akan segera dideportasi dalam waktu dekat, yaitu Antonio Mazzeo (Italia), Gabriel Kasala (Prancis), dan Jacob Berger (AS).

Namun 12 aktivis lainnya secara tegas menolak menandatangani dokumen deportasi sukarela. Mereka menempuh jalur hukum dan menolak perlakuan sewenang-wenang Israel. Sejak ditangkap, mereka menjalani mogok makan sebagai bentuk protes terhadap penahanan ilegal yang mereka alami.

“Kami Tidak Akan Diam”: Kesaksian dari Kapal Hanzala

Salah satu aktivis yang telah dibebaskan, pengacara dan pejuang HAM Palestina-Amerika Huwaida Arraf, menuturkan kepada Al Jazeera bahwa kapal mereka diculik dari perairan internasional. Ia juga menolak menandatangani dokumen yang melarangnya kembali ke Gaza.

Dalam wawancara bersama Anadolu, Huwaida mengungkap bagaimana tentara Israel menyerbu mereka dengan senjata lengkap dan kamera-kamera propaganda. “Mereka berusaha mencitrakan diri sebagai ‘penolong’ yang memberi makanan dan air,” ujarnya, “padahal kami menolak semuanya. Kami tidak akan berpura-pura terima kasih, sementara saudara-saudara kami di Gaza sedang kelaparan.”

Serangan Terencana terhadap Solidaritas Global

Penyerbuan kapal Handala yang membawa 21 aktivis lintas negara ini bukan sekadar pelanggaran hukum laut internasional, tetapi juga bagian dari strategi panjang Israel untuk membungkam gerakan solidaritas dunia terhadap rakyat Gaza.

Padahal sebelum disergap, kapal ini sempat mengirim sinyal darurat saat kapal-kapal militer Israel mendekat. Namun alih-alih mendapat bantuan, mereka malah diseret dan diinterogasi secara represif.

Misi kemanusiaan seperti Handala bukan ancaman, melainkan suara nurani dunia. Namun Israel membalasnya dengan senjata dan intimidasi. Kini saatnya dunia membuka mata: blokade Gaza bukan hanya soal politik, tapi soal kemanusiaan yang terus diinjak-injak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here