Spirit of Aqsa, Palestina- Di Indonesia, kegiatan berkeliling kampung untuk membangunkan orang-orang untuk sahur sudah menjadi tradisi yang lumrah, khususnya di kawasan pedesaan. Namun, di Jalur Gaza, Palestina, ada sebuah kelompok yang melakukan kegiatan serupa dengan pendekatan yang berbeda.
Kelompok beranggotakan lima pemuda ini setiap dini hari berkeliling kampung mereka untuk membangunkan warga. Tidak ada nama khusus bagi kelompok ini, tapi orang-orang menyebutnya Mesaharati, sesuai nama tradisi panggilan sahur khas Timur Tengah yang usianya sudah berabad-abad.
Dengan mengenakan serban dan pakaian Muslim khas Timur Tengah, mereka berjalan kaki sambil tak henti-hentinya menabuh beduk kecil, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan lagu-lagu religi. Mohammed Mosran, mahasiswa jurusan keperawatan, bertugas melantunkan suara merdunya untuk kelompok tersebut.
Menurut Mohammed, kegiatan Mesaharati ini bukan hanya untuk membangunkan orang-orang agar bisa sahur, tetapi juga untuk mengurangi rasa tertekan karena blokade, kemiskinan, dan keputusasaan yang mereka hadapi. Dengan menyanyikan lagu-lagu religi dan melantunkan ayat-ayat suci, mereka berharap bisa membuat orang-orang bahagia dan menikmati suasana Ramadan. Kelompok Mesaharati ingin memberikan pengaruh positif bagi masyarakat, khususnya di masa-masa sulit seperti saat ini.
Meskipun Mesaharati adalah tradisi panggilan sahur yang sudah berabad-abad di Timur Tengah, kelompok ini mengambil pendekatan nontradisional. Alih-alih bertepuk tangan dan bernyanyi, mereka memutuskan untuk menyanyikan lagu-lagu religi, nyanyian tentang nabi, melantunkan ayat-ayat suci, dan meninggalkan jejak atau tanda di setiap tempat yang mereka kunjungi.
Tidak hanya menjadi kegiatan yang disukai oleh masyarakat, Mesaharati juga menjadi sorotan media sosial. Orang-orang merekam kegiatan kelompok ini dalam ponsel dan menyebarluaskan melalui media sosial. Ini membuktikan bahwa kegiatan Mesaharati mampu menghibur dan menyemarakkan bulan Ramadan.
Tahany Shbeir, warga dari Khan Younis, sebuah kota di selatan Jalur Gaza, menyatakan bahwa Ramadan kali ini terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Orang-orang bersiap-siap Lebih awal, menyiapkan penerangan, dekorasi, dan lain sebagainya. Orang-orang juga lebih sering berkumpul di jalan-jalan untuk makan bersama, yang membuat suasana menjadi sangat menyenangkan.
Ini mungkin disebabkan oleh kehadiran kelompok Mesaharati yang telah rutin melakukan kegiatan membangunkan warga setiap dini hari selama Ramadan. Dengan menyanyikan lagu-lagu religi dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, mereka mencoba untuk mengurangi rasa tertekan dan keputusasaan yang dirasakan oleh orang-orang di Jalur Gaza akibat blokade dan kemiskinan yang terus berlanjut.
Meskipun kelompok Mesaharati tidak meminta pembayaran atas jasanya, orang-orang sering memberi mereka hadiah di akhir Ramadan sebagai tanda terima kasih dan penghargaan atas upaya mereka.
Kehadiran kelompok Mesaharati ini menunjukkan bahwa di tengah situasi yang sulit, masih ada orang-orang yang berusaha untuk membuat orang lain bahagia dan merayakan kebersamaan selama bulan suci Ramadan. Semoga kegiatan yang mereka lakukan dapat terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya dan memberikan inspirasi bagi orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan hal-hal kecil yang dapat membantu orang lain dalam menghadapi situasi yang sulit. (voa)