Ehud Yatom, mantan pejabat tinggi keamanan Israel dan eks anggota Knesset, melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu. Ia menyebut perang di Gaza sebagai kebijakan gagal yang menyeret Israel ke jurang kehancuran moral dan politik. Dalam tulisannya di Maariv, Yatom menilai bahwa tentara Israel, meskipun termasuk yang terkuat di dunia, tidak mampu mengalahkan perlawanan rakyat dalam bentuk perang gerilya seperti yang dilakukan Hamas dan Jihad Islam.

“Sudah 20 bulan pasukan kita dikirim ke neraka Gaza, dan hasilnya nihil,” tulisnya. “Tentara tewas setiap hari. Banyak yang terluka, dan tak sedikit yang memilih mengakhiri hidup karena tekanan mental yang tak tertahankan.”

Yatom menggambarkan suasana publik Israel sebagai putus asa. “Bukan hanya keluarga para sandera atau korban yang kehilangan harapan, mayoritas rakyat Israel kini sama bingungnya, menyaksikan kepemimpinan yang gagal membayar utang tanggung jawabnya.”

Ia mengecam keras pemerintah yang justru sibuk menggulirkan undang-undang pembebasan wajib militer bagi kelompok ultra-Ortodoks di tengah krisis sumber daya militer. “Bagaimana bisa seorang perdana menteri mendorong undang-undang yang tidak etis dan bertentangan dengan semangat kebangsaan?” tanyanya geram.

Kekacauan juga merembet ke tubuh institusi. Yatom menyoroti pengunduran diri Kepala Shin Bet, upaya penggulingan penasihat hukum negara, serta tekanan terhadap dua kepala staf militer. “Bagaimana mungkin prajurit di garis depan merasa dilindungi, ketika para pemimpin politik tenggelam dalam konflik internal dan menyabotase institusi negara?”

Lebih jauh, Yatom menuntut adanya pertanggungjawaban politik. “Mengapa belum dibentuk komisi penyelidikan nasional? Mengapa hanya pimpinan keamanan yang mundur, sementara politisi tetap duduk di kursinya, seakan tak terjadi apa-apa?”

Dalam penutupnya, Yatom menyerukan penghentian segera perang di Gaza. Ia menuntut penarikan pasukan dan menegaskan pentingnya mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas—apa pun harganya. “Tak ada harga yang lebih tinggi daripada nyawa para tawanan yang telah ditelantarkan oleh negara mereka sendiri.”

Dengan nada getir, ia memperingatkan: “Akui kegagalan ini sekarang, sebelum semuanya terlambat.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here