Perang di Gaza mungkin telah mereda, tapi luka kemanusiaannya masih menganga. Setelah bulan-bulan pemboman tanpa henti, kehidupan di Jalur Gaza kini berada di ambang kelumpuhan total. Air bersih sulit didapat, rumah-rumah berubah menjadi puing, dan ribuan keluarga hidup di bawah tenda yang tak layak disebut tempat tinggal.

“Perang mungkin berhenti, tapi penderitaan belum,” kata Isam Yousuf, anggota Komite Internasional untuk Rekonstruksi Gaza. Ia menegaskan, yang kini dibutuhkan bukan sekadar bantuan darurat, tapi rencana besar untuk memulihkan kehidupan dari reruntuhan, rencana yang menyentuh setiap aspek: kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga lingkungan.

1. Bantuan Kemanusiaan Mendesak

Prioritas pertama: air dan makanan. Gaza masih dilanda krisis pangan akibat blokade berkepanjangan yang membuat pasokan bantuan tidak mencukupi. “Ribuan keluarga kelaparan di kamp pengungsian, sementara truk-truk bantuan tertahan di perbatasan,” kata Yousuf.

Bantuan berupa tenda, selimut, kasur, peralatan dapur, hingga pakaian musim dingin juga sangat mendesak. Ribuan warga masih tidur di jalanan setelah rumah mereka hancur rata tanah.

2. Pemulihan Layanan Kesehatan

Rumah sakit di Gaza, sebagian besar hancur, kini bekerja di bawah tekanan luar biasa. Yousuf menekankan pentingnya membangun kembali fasilitas medis dan memperkuat tenaga kesehatan, termasuk pasokan obat, alat bedah, ruang operasi darurat, hingga dukungan bagi layanan kesehatan mental dan rehabilitasi.

“Setiap hari, korban baru datang dengan luka lama yang belum sembuh,” ujarnya. “Mereka butuh lebih dari perawatan medis, mereka butuh harapan.”

3. Rekonstruksi dan Infrastruktur

Langkah pertama: mengangkat puing dan membuka jalan. Tanpa itu, warga tak bisa kembali ke rumah mereka, bahkan ke reruntuhannya. Setelah itu, dibutuhkan perumahan sementara, perbaikan jaringan listrik, air, dan saluran pembuangan, serta bahan bakar untuk pembangkit listrik yang telah lama lumpuh.

4. Pendidikan: Membangun Generasi yang Hilang

Dua tahun tanpa sekolah telah menciptakan “generasi kehilangan.” Ratusan sekolah dan universitas hancur, membuat ribuan pelajar Gaza kehilangan masa depannya. Langkah pertama adalah memperbaiki sekolah dan menyediakan ruang belajar sementara, serta dukungan psikososial bagi anak-anak yang kehilangan orang tua atau keluarga.

“Pemulihan Gaza tak hanya tentang membangun kembali bangunan, tapi juga membangun kembali anak-anaknya,” tegas Yousuf.

5. Pemulihan Ekonomi

Yousuf menyerukan agar dunia mendukung usaha kecil, petani, dan nelayan Gaza untuk memulihkan mata pencaharian mereka. Bantuan bisa berupa hibah, pelatihan keterampilan, dan kredit mikro bagi mereka yang kehilangan pekerjaan akibat perang.

6. Lingkungan dan Kesehatan Publik

Perang juga meninggalkan krisis lingkungan. Air tercemar, tanah terkontaminasi, dan limbah medis menumpuk di antara reruntuhan. Gaza membutuhkan program pembersihan besar-besaran serta edukasi kesehatan masyarakat untuk mencegah wabah penyakit.

Apa yang Dapat Dilakukan Dunia?

Menurut Yousuf, ada enam langkah mendesak yang harus diambil komunitas internasional untuk menghidupkan kembali Gaza:

  1. Membuka jalur kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan, serta menekan Israel agar membuka perbatasan tanpa syarat.
  2. Berkoordinasi erat dengan lembaga lokal agar bantuan tepat sasaran.
  3. Menuntut penghentian total blokade Gaza.
  4. Menyediakan anggaran fleksibel jangka panjang untuk rekonstruksi.
  5. Memberikan dukungan psikososial dan komunitas bagi para penyintas.
  6. Melibatkan warga Gaza sendiri dalam setiap tahap perencanaan dan pembangunan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here