Spirit of Aqsa– Krisis kelaparan kembali mengancam Gaza, terutama di Jalur Gaza utara, setelah pasokan makanan hampir habis. Pasar Jabalia yang sempat pulih kini hancur akibat serangan Israel, memaksa puluhan ribu orang mengungsi tanpa barang dan persediaan makanan.

Situasi pasar semakin memburuk akibat serangan udara yang dilakukan Israel. Selain itu, banyak pedagang menutup toko karena kekurangan barang. Kondisi ini terjadi setelah delapan bulan pembantaian yang menghancurkan di Gaza.

Sejak 11 Mei, pasukan Israel terus menyerang Jabalia, memaksa ribuan warga mengungsi. Banyak pula warga sipil yang bertahan di bawah pengepungan ketat. Para pengungsi maupun yang sedang dikepung menghadapi krisis kelaparan, karena tidak ada bantuan yang masuk.

Krisis Pangan

Mengutip Palinfo, banyak toko dan kios tutup, kecuali beberapa yang menjual makanan kaleng dengan harga sangat tinggi. Tepung merupakan satu-satunya bahan yang masih masuk ke Jalur Gaza, namun warga masih kekurangan barang lain. Di Jalur GaZA utara, warga menderita akibat kelaparan dan serangan terus-menerus.

Buah, sayur, dan daging telah hilang sepenuhnya dari pasar karena Israel melarang masuknya barang-barang ini selama hampir sebulan.

Kebijakan Kejam Israel

Pasar di Gaza kini mencerminkan kekosongan dan penderitaan, didominasi oleh perasaan putus asa dan kecemasan. Wartawan Palestina, Mohammad Al-Sawwafiri, mengatakan, kelaparan kali ini lebih licik dan kejam.

Israel hanya mengizinkan masuknya tepung, sementara bahan makanan lain seperti keju, susu, beras, gula, semolina, garam, kacang arab, dan lentil tidak diperbolehkan. Buah dan sayur juga dilarang masuk.

“Kami hanya punya roti, tapi tidak ada yang bisa dimakan bersamanya kecuali sedikit makanan kaleng yang tersisa dari masa singkat pasokan yang sempat terjadi,” katanya. Selain itu, daging dalam segala bentuk, termasuk ikan beku yang sebelumnya masuk dalam jumlah kecil dengan harga tinggi ke wilayah utara, kini dilarang masuk.

Harga makanan kaleng dan barang terbatas lainnya di pasar meningkat tajam, lebih dari 500%, menciptakan pasar gelap.

Peringatan dari PBB

PBB memperingatkan tentang bahaya kelaparan di Gaza. Israel terus menutup perbatasan dan melarang ribuan truk memasuki wilayah tersebut. Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, menyatakan, kelaparan di Gaza Utara sudah di depan mata.

Warga Gaza menghadapi krisis yang tidak dapat ditanggung karena penutupan perbatasan Rafah dan Kerem Shalom serta kurangnya bantuan ke wilayah utara.

Edem Wosornu, Direktur Operasi dan Advokasi di Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, mengatakan dalam rapat di Dewan Keamanan pada 20 Mei bahwa “situasi kemanusiaan di Gaza semakin kritis terutama akibat operasi darat Israel di Rafah dan sekitarnya sejak 6 Mei.”

Dia menekankan, “jalan darat adalah cara yang paling efektif untuk mengirimkan bantuan dalam skala besar.” Maka itu, semua titik penyeberangan harus dibuka dan tetap terbuka untuk memastikan masuknya bantuan secara luas.

Sejak Israel menginvasi Rafah pada 7 Mei, pasukan Israel menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, hanya mengizinkan beberapa truk barang komersial masuk, sementara uang tunai hampir tidak tersedia di wilayah tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here