Spirit of Aqsa, Palestina – Jamaah Palestina di Masjid Al-Aqsa di Al-Quds mengatakan mereka bertekad untuk menikmati bulan suci Ramadan di dalam halaman masjid walaupun ada serangan dari penjajah Israel.
Banyak dari mereka datang dari jauh, dari Tepi Barat yang diduduki atau dari kota-kota di Israel yang dihuni mayoritas warga Palestina, walaupun bus-bus mereka dihalangi oleh polisi Israel. Banyak yang turun dan mulai jalan kaki menuju Al-Quds, yang kemudian dijemput orang Al-Quds Palestina dengan mobil mereka, mengangkut jamaah yang datang dari jauh menuju Al-Aqsa.
Mohammed Atiq, dari kota Jenin di Tepi Barat, mengatakan serangan hari Jumat di Al-Aqsa tidak menghalangi para jemaah.
“Mereka mulai berusaha membersihkan Al-Aqsa, berusaha merusak ibadah malam,” ujarnya kepada Middle East Eye, dikutip Selasa (10/5).
“Tapi kehendak para jamaah lebih kuat daripada peluru.”
Biasanya pada 10 malam terakhir Ramadan, Al-Aqsa sangat ramai. Banyak jamaah berdiam atau beriktikaf di dalam masjid, baik perempuan dan laki-laki lansia, yang diizinkan Israel masuk dari Tepi Barat selama bulan suci Ramadan, termasuk para pemuda yang melompat dari tembok pemisah.
Namun demikian, tahun ini Israel hanya mengizinkan jamaah Palestina yang telah divaksinasi untuk masuk masjid.
Ketegangan di Al-Quds meningkat sepanjang bulan ini. Warga Palestina yang berkumpul pada malam hari di pintu masuk Gerbang Damaskus menuju Kota Tua dihadapkan dengan pasukan Israel yang berusaha membubarkan paksa mereka pada pekan pertama Ramadan.
Baru-baru ini, situasinya mencapai titik didih di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur yang diduduki, di mana unjuk rasa berlangsung untuk menentang rencana penggusuran keluarga Palestina yang diserang pemukim dan polisi Israel.
Terlepas dari kekerasan tersebut, banyak warga Palestina tetap bersikeras melanjutkan ibadah malam mereka di Al-Aqsa.
Suad Abu Eraim, dari kota Yatta di Tepi Barat selatan, mengatakan dia melalui perjalanan yang sulit untuk sampai di Yerusalem, mengabiskan waktu berjam-jam menunggu di pos pemeriksaan Israel.
Suad mengatakan dia pergi ke Al-Aqsa kapan pun dia punya kesempatan, yang biasanya terjadi ketika dia dapat memanfaatkan pelonggaran pembatasan untuk mengakses Yerusalem selama Ramadan.
“Ini masjid Al-Aqsa, ini masjid kami, kami harus tetap terikat dengannya,” ujarnya kepada Middle East Eye.
“Kami harus ada di sini, tua atau muda, dari berbagai tempat.” (Merdeka)