Spirit of Aqsa, Palestina- Militer teroris Israel selalu menutupi kekalahan mereka dengan membombardir Jalur Gaza. Namun, satu per satu kekalahan mereka diungkap oleh media-media Israel, terutama kekacauan invasi darat ke Jalur Gaza sejak 27 Oktober 2023.
Banyak tentara Israel yang kabur dari pertempuran lantaran tak sanggung menghadapi perlawanan dari pejuang Al-Qassam. Ada pula tentara Israel yang saling bunuh di Jalur Gaza. Selain banyak tentara yang takut kembali berperang di Jalur Gaza.
Otoritas Penyiaran Israel (IBA) mengungkapkan, delapan tentara IDF tewas akibat tembakan teman sendiri dalam waktu seminggu di Jalur Gaza utara. IBA melaporkan hal tersebut mengutip sumber dari pihak militer Israel.
Menurut pihak militer, para tentara tersebut tewas setelah mereka saling menembak dan akibat alat peledak yang tiba-tiba meledak. Selain delapan yang tewas, puluhan tentara terluka di lapangan dengan cara ini.
Media Israel Haaretz menambahkan, saat ini sekitar seribu tentara yang sedang dirawat di rumah sakit karena berbagai cedera. Meskipun Haaretz tidak bisa menyebut angka sebenarnya, karena pihak IDF sangat tertutup terkait informasi tentara yang tewas dan terluka.
Militer Israel hanya melaporkan 392 tentara yang tewas sejak 7 Oktober. 75 di antaranya tewas dalam invasi darat. Namun, jurubicara Abu Ubaida, mengatakan, jumlah yang tewas sebenarnya jauh lebih besar. Sementara, pakar militer dan strategis, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, memperkirakan ada 11 ribu tentara Israel yang Tewas dan terluka.
Selain itu, militer Israel juga dilaporkan memecat seorang komandan batalyon tempur dan wakilnya setelah mereka melarikan diri menyusul penyergapan yang dilakukan oleh Brigade al-Qassamdi Gaza.
Putusan IDF itu dilansir surat kabar Israel Yedioth Aharonot melaporkan pada Senin (27/11). Keputusan tentara Israel dilandasi kenyataan bahwa batalion yang diawasi oleh dua perwira tersebut mundur dari posisinya selama melakukan manuver darat.
Merujuk Palestine Chronicle, para perwira tersebut, bersama dengan puluhan bawahannya, menyatakan bahwa mereka memutuskan untuk mundur karena unit tersebut tidak menerima dukungan militer atau perlindungan udara ketika menghadapi puluhan pejuang dari Brigade al-Qassam selama penyergapan.
Tentara Israel menyatakan bahwa penarikan tiba-tiba tersebut mengakibatkan peristiwa yang digambarkan sebagai “tidak biasa” dan menciptakan “krisis parah”. Kaburnya batalyon tersebut dari serbuan pejuang Palestina juga menyebabkan sekitar setengah dari tentaranya tidak kembali ke dinas militer dan menolak berperang di Gaza.
“Kami memasuki area yang terperangkap dan banyak teroris menembakkan RPG ke arah kami dengan tembakan tanpa henti,” kata tentara dari batalion tersebut dalam penyelidikan, menurut Yedioth Aharonot. Pemerintah Israel dan sejumlah negara Barat sejauh ini masih menyematkan status teroris kepada Hamas meski kebanyakan negara lain menilai Hamas adalah kelompok pejuang kemerdekaan yang absah.
Akibat tak kunjung datangnya bantuan dari udara, kompi militer itu mundur di hadapan puluhan pejuang Palestina. “Petugas di brigade mengakui bahwa pasukan tersebut dikirim dalam misi dalam kondisi yang buruk setelah melakukan aktivitas berkepanjangan di Jalur Gaza tanpa istirahat, dan bahwa insiden tersebut menciptakan suasana yang sulit di batalyon,” tulis responden urusan militer Yedioth Aharonot, Yoav Zeitoun, mengutip pernyataan perwira militer Israel.
Surat kabar tersebut juga menunjukkan bahwa sejak awal perang di Gaza, batalyon dan unit tempur tersebut juga mendapatkan serangan serius lainnya pada Oktober, termasuk pembunuhan seorang perwira dan cederanya perwira lainnya. Laporan-laporan dari pasukan di lapangan juga mengindikasikan bahwa serangan Hamas menciptakan krisis moral di kalangan pasukan Israel.
“Perlu dicatat bahwa batalyon tersebut mengalami kejadian parah lainnya dalam sebulan terakhir. Tentara dari unit lain didatangkan untuk mengisi kekosongan (dan) krisis kepercayaan pun tercipta,” kata tentara Israel, menurut Yedioth Aharonot.
Media Israel juga menyatakan bahwa “dari sudut pandang praktis, tentara Israel kalah,” dan menambahkan bahwa “ada masalah yang sedang dihadapi pasukan (Israel) di Gaza selama gencatan senjata.”
Saluran Israel, Kan, menunjukkan bahwa “reorganisasi militer Israel di Gaza masih dalam tahap pembangunan, dan peraturannya belum sepenuhnya jelas,” dan mencatat bahwa tidak akan ada 12.000 tentara Israel yang tersisa di Gaza, karena jumlah tentara akan berkurang. nomor ini.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pasukan pendudukan Israel berupaya mencegah pergerakan warga Palestina dari bagian selatan Jalur Gaza ke utara, dan terdapat seluruh unit yang bekerja dalam misi ini, yang menunjukkan bahwa “jelas bahwa mereka tidak akan berhasil dalam mencapai tujuan mereka.” menghentikan semua gerakan ini.”
Di tempat lain, laporan Kan menambahkan bahwa “jelas bahwa Hamas akan mencoba menghancurkan apa yang telah dilakukan tentara Israel sejauh ini, dan Israel telah mempertimbangkan hal ini dan menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar untuk gencatan senjata.”