Spirit of Aqsa, Palestina- Beberapa media asing seperti Aljazeera dan Alarabiya termasuk pers Israel menyoroti klaim PM Benjamin Netanyahu yang menyebut pembebasan tawanan di Jalur Gaza merupakan keberhasilan militer Israel.
Padahal, Hamas sejak awal sudah menawarkan pembebasan tawanan dengan format tanpa perang. Hamas bahkan menegaskan akan membebaskan semua warga sipil jika kondisi sudah kondusif. Namun, teroris Israel terus membombardir Jalur Gaza sehingga pembebasan tahanan urung terjadi.
Hingga pada akhirnya, gencatan senjata diberlakukan pada Jumat (24/11) dan akan berakhir pada Kamis (30/11) pukul 07.00 waktu setempat, pukul 12.00 WIB.
Israel terpaksa menerima syarat gencatan senjata karena mendapat tekanan internal dan eksternal untuk segera membebaskan tawanan.
Awalnya, Netanyahu kekeh tetap melanjutkan perang hingga melakukan invasi darat ke Jalur Gaza pada 27 Oktober. Namun, misi pembebasan tawanan tidak bisa tercapai. Tentara Israel bahkan jadi bulan-bulanan pejuang Al-Qassam dan memaksa mereka mundur serta menerima kekalahan pahit.
Alih-alih bisa mengalahkan Hamas dan membebaskan tawanan, Netanyahu hanya membunuh 15 ribu warga sipil dan menghancurkan 50% bangunan sipil di Gaza.
Ujung-ujungnya, setelah 50 hari perang tanpa pencapaian target dan pelanggaran kemanusiaan, Netanyahu mengemis kembali ke format awal yang diajukan Hamas sejak 7 Oktober yaitu pertukaran Tawanan.
Tapi sekarang, Netanyahu membual ke media seakan pertukaran tawanan merupakan pencapain perang.
Namun, pakar sepakat Bahwa gencatan senjata kemanusiaan dengan salah satu syarat pertukaran tahanan merupakan kemenangan bagi Hamas.
Hal ini dikonfirmasi oleh Hamas. “Hamas mampu mengendalikan perundingan dari posisi yang kuat di lapangan, meskipun ada upaya penjajah Israel untuk memperpanjang dan menunda perundingan,” demikian rilis resmi Hamas, Rabu (22/11).
Di sisi lain, Mantan Perdana Menteri (PM) Yordania Faisal Al-Fayez mengatakan tercapainya gencatan senjata di Jalur Gaza adalah kemenangan bagi perlawanan Palestina dan Hamas, yang mampu memaksakan persyaratannya pada para pemimpin kolonial Israel.
Kantor Berita Yordania Petra melaporkan hal tersebut seiring dimulainya gencatan senjata di Gaza.
Al-Fayez menekankan, “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah gagal menerapkan persyaratannya dan pasukan pendudukan Israel tidak dapat mencapai kemajuan militer apa pun dalam perang mereka di Jalur Gaza setelah hampir satu setengah bulan melakukan agresi, selain melakukan tindakan brutal pembantaian dan kejahatan perang terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil.”