Pakar militer dan strategi, Brigadir Elias Hanna, dalam analisisnya mengenai situasi militer di Tepi Barat, mengatakan bahwa pendudukan Israel menerapkan strategi isolasi, penguasaan, dan pemecahan dalam menghadapi perjuangan rakyat Palestina.

Hanna menjelaskan bahwa strategi ini telah diterapkan di Kamp Pengungsi Jenin, yang terus menghadapi agresi Israel. Pendudukan melakukan pemecahan wilayah serta menghancurkan hampir seluruh lingkungan Hayy ad-Damj.

Dia menambahkan bahwa pemerintah Israel memanfaatkan fokus dunia yang tertuju pada Gaza untuk mengerahkan pasukannya melakukan operasi militer di Tepi Barat. Dalam strategi militer Israel yang lebih luas, Tepi Barat membuka jalur ke front timur yang mencakup Yordania, Suriah, dan kawasan sekitarnya.

Menurut Hanna, operasi militer Israel yang kini berpusat di segitiga Jenin, Tubas, dan Tulkarm menunjukkan upaya untuk masuk lebih dalam ke kamp-kamp pengungsi.

Ia menegaskan bahwa penguasaan Tepi Barat adalah soal hidup atau mati bagi Israel, itulah sebabnya pendudukan terus mempercepat ekspansi permukiman ilegal di wilayah tersebut.

Lebih lanjut, Hanna menjelaskan bahwa meskipun Israel melakukan agresi brutal, mereka tetap menghadapi tiga masalah utama dalam menghadapi Palestina.

Pertama, Israel tidak memiliki kedalaman geografis.

Kedua, mereka selalu mencari cara untuk mengubah keseimbangan demografi, sehingga terus berupaya mengisolasi penduduk Palestina.

Ketiga, mereka menghadapi tantangan topografi yang menyulitkan penguasaan penuh atas wilayah tersebut.

Ia juga membandingkan strategi penghancuran yang kini diterapkan Israel dengan kebijakan Perdana Menteri Israel terdahulu, Ariel Sharon, ketika menginvasi Gaza. Saat itu, Sharon menghancurkan Kamp Pengungsi Jabalia, Syathi, dan Rafah, merobohkan enam ribu rumah, serta membuka jalan-jalan baru untuk memaksa warga mengungsi.

Sementara itu, pasukan Israel terus menyerang Jenin untuk hari ke-24 berturut-turut, menyebabkan 26 warga Palestina gugur dan ribuan lainnya mengungsi. Mereka juga melanjutkan operasi di Kamp Pengungsi Nur Syams, sebelah timur Tulkarm, yang kini memasuki hari kelima.

Serangan militer Israel di wilayah utara Tepi Barat telah menyebabkan lebih dari 40 ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka, menurut data terbaru dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Sejak 7 Oktober 2023, pasukan pendudukan Israel dan pemukim ilegal telah meningkatkan agresinya di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur. Serangan ini telah menyebabkan gugurnya 911 warga Palestina, melukai sekitar 7.000 orang, serta menangkap lebih dari 14.500 lainnya, menurut data resmi Palestina.

Sebagaimana yang terjadi di Gaza—yang mengalami agresi brutal selama 15 bulan—Israel kini menggusur dan menghancurkan infrastruktur di berbagai wilayah Tepi Barat dengan tujuan mengubah realitas geografis di kawasan tersebut.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here