Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah serangan udara Israel mengguncang beberapa kawasan di Kota Gaza pada Selasa malam. Menurut analis militer Brigjen Hassan Jouni, langkah ini bukan sekadar operasi balasan, melainkan upaya Israel untuk menciptakan situasi baru yang disebutnya “fase antara perang dan gencatan senjata.”
Dalam analisisnya untuk Al Jazeera, Jouni menjelaskan bahwa tujuan utama Israel adalah membentuk realitas taktis baru di lapangan, situasi yang tidak lagi tunduk pada kesepakatan politik atau gencatan senjata formal.
“Israel berusaha memaksakan kondisi yang memungkinkannya terus melakukan serangan terbatas, baik dengan drone maupun operasi pembunuhan terarah, dengan alasan keamanan yang sering kali dibuat-buat,” kata Jouni.
Serangan Terbaru dan Pola yang Sama
Menurut laporan media Israel, serangan pada Selasa malam dilakukan setelah klaim bahwa Hamas menyerang pasukan Israel di dalam wilayah Gaza. Namun, sumber di lapangan menyebut bahwa daerah yang diserang jauh dari lokasi insiden yang diklaim terjadi.
Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa pesawat tempur Israel menggempur Rafah, menewaskan dan melukai sejumlah warga. Drone Israel juga menyerang area sekitar Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza, serta menargetkan kawasan Zeitoun di bagian timur kota.
Jouni menilai pola ini menunjukkan bahwa Israel tengah menguji skenario baru, di mana serangan terbatas dan terukur tetap berlanjut meski secara formal ada gencatan senjata. Model ini, kata dia, mirip dengan strategi yang dijalankan Israel di Lebanon pasca perjanjian penghentian tembakan.
“Antara Damai dan Perang”
Jouni menduga bahwa Israel telah memperbarui daftar target militernya selama masa gencatan senjata. Dengan informasi baru yang dikumpulkan, setiap insiden di lapangan kini bisa dijadikan alasan untuk melakukan serangan tambahan.
“Israel memanfaatkan setiap celah untuk melanjutkan operasi, terutama setelah berhasil mencapai target pentingnya, seperti isu sandera,” ujarnya.
Menariknya, meski gencatan senjata di Gaza disponsori oleh Amerika Serikat, CNN melaporkan bahwa Washington telah diberitahu sebelumnya tentang rencana Israel melakukan serangan baru.
Menurut Jouni, hal ini menunjukkan koordinasi erat antara militer dan pemerintah Israel, serta toleransi tinggi dari AS terhadap tindakan tersebut.
“Amerika memberi Israel ruang gerak yang luas untuk bertindak di Gaza dan Lebanon. Akibatnya, kesepakatan politik seperti gencatan senjata hanya tampak formalitas belaka,” tegas Jouni.










