Jurnalis Al Jazeera, Tamer Al-Mishal, menyatakan bahwa keputusan Hamas untuk melangsungkan penyerahan tiga tawanan Israel di Lapangan Saraya, pusat Kota Gaza, memiliki makna strategis dan politis yang mendalam. Penyerahan ini berlangsung pada hari pertama pelaksanaan perjanjian gencatan senjata.
Al-Mishal menjelaskan bahwa lokasi Lapangan Saraya, yang merupakan salah satu titik sentral di Kota Gaza dan menghubungkan dua jalan utama, yaitu Jalan Al-Jalaa dan Omar Al-Mukhtar, dipilih secara strategis. Kawasan ini mengalami kerusakan besar akibat operasi militer Israel, namun kini diubah menjadi panggung perlawanan yang menyampaikan pesan tantangan secara terbuka.
Adegan penyerahan di jantung Kota Gaza, menurut Al-Mishal, merupakan balasan langsung terhadap klaim Israel yang menyatakan bahwa mereka telah menghancurkan kekuatan Hamas dan perlawanan Palestina. Lokasi ini juga menunjukkan kegagalan rencana Israel untuk menjadikan Lapangan Saraya sebagai markas militer pusat mereka. Sebaliknya, Brigade Al-Qassam mempertegas kontrolnya atas wilayah yang telah lama menjadi target serangan, dihancurkan, dan diduduki oleh pasukan Israel selama beberapa bulan.
Al-Mishal juga menyoroti kehadiran mencolok para pejuang Al-Qassam yang tampil dengan persenjataan lengkap dalam jumlah besar untuk mengatur proses penyerahan. Hal ini membantah klaim Israel bahwa mereka telah berhasil melemahkan Hamas selama 15 bulan perang pemusnahan di Gaza.
Brigade Al-Qassam, terutama dari Unit Elite, terlihat menyebar di lokasi, menampilkan kekuatan yang sarat dengan pesan tantangan terhadap Israel.
Selain itu, ribuan warga Gaza dari berbagai usia, termasuk keluarga syuhada dan korban luka, berkumpul di Lapangan Saraya untuk menyaksikan proses penyerahan. Mereka meneriakkan dukungan kepada perlawanan, menunjukkan bahwa, meski mengalami kehancuran besar akibat perang Israel, dukungan rakyat Gaza terhadap perlawanan tetap kokoh.
Rincian Penyerahan Tawanan
Kesepakatan pertukaran ini melibatkan pembebasan tiga tawanan Israel (semuanya perempuan) sebagai imbalan untuk 90 tahanan Palestina, termasuk 69 perempuan dan 21 anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Tahanan yang dibebaskan termasuk tokoh penting seperti Khalida Jarrar, serta Abla Saadat, istri Sekretaris Jenderal Front Populer, dan kerabat Saleh Al-Arouri, Wakil Ketua Biro Politik Hamas yang dibunuh di Lebanon.
Penyerahan tawanan dilakukan melalui Komite Internasional Palang Merah, yang bertugas mengantar mereka ke pihak Israel.
Mekanisme Baru
Al-Mishal mencatat bahwa mekanisme penyerahan kali ini berbeda dengan pertukaran pada November 2023, yang dilakukan melalui perbatasan Rafah dengan koordinasi Mesir. Proses kali ini disertai pengamanan ketat oleh Unit Bayangan (Shadow Unit), unit elit Brigade Al-Qassam yang bertanggung jawab atas keamanan para tawanan dan proses penyerahan. Hamas juga menetapkan syarat agar wilayah udara Gaza steril dari pesawat Israel sebelum penyerahan dimulai.
Proses ini terjadi setelah 471 hari perang, di mana perlawanan berhasil menjaga tawanan meski terus menjadi sasaran serangan Israel.
Sumber: Al Jazeera