Nael Saleh Abdullah Barghouti tercatat sebagai tahanan politik tertua di dunia menurut Guinness World Records pada 2009 dan menjadi salah satu simbol keteguhan perjuangan Palestina.
Pada November 2024, ia memasuki tahun ke-45 dalam penjara pendudukan Israel, menjadikannya tahanan dengan masa penahanan terlama dalam sejarah gerakan nasional tahanan Palestina.
Selama di penjara, Barghouti mengalami berbagai bentuk penyiksaan fisik dan psikologis, sering dipindahkan ke sel isolasi, serta dilarang menerima kunjungan keluarga.
Kondisi para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel semakin memburuk, terutama setelah peristiwa 7 Oktober 2023.
Barghouti seharusnya dibebaskan dalam tahap ketujuh dari perjanjian fase pertama pertukaran tahanan. Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunda pembebasan tahanan Palestina dengan alasan yang diklaim sebagai “pelanggaran berulang” oleh Hamas.
Sebelum pembebasannya, Israel lebih dulu melarang istrinya bepergian untuk menemuinya dan memutuskan bahwa Barghouti akan diusir secara permanen ke luar negeri setelah dibebaskan.
Kisah Nael Barghouti menjadi cerminan penderitaan para tahanan Palestina serta bukti nyata kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap mereka.

Barghouti lahir di kota Kobar, dekat Ramallah, pada 23 Oktober 1957, dan sejak masa mudanya telah bergabung dalam sel perlawanan. (Sumber: Pers Palestina)

Ia pertama kali ditangkap pada tahun 1978 saat berusia 19 tahun dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup ditambah 18 tahun. (Sumber: Pers Palestina)

Dalam surat-suratnya dari penjara, ia menegaskan pentingnya persatuan nasional untuk membebaskan para tahanan dan memulihkan identitas Palestina. (Sumber: Media Sosial)

Ia dibebaskan pada tahun 2011 dalam pertukaran tahanan Wafa al-Ahrar (Kesepakatan Shalit) dan kembali ke keluarganya setelah 33 tahun dalam penjara. (Sumber: Media Palestina)

Al-Barghouti menikah dengan Iman Nafi, seorang mantan tahanan yang telah menghabiskan 10 tahun di penjara pendudukan. (Sumber: Media Palestina)

Setelah dibebaskan, Nael dikenai tahanan rumah oleh Israel di desanya, Kobar, dan ia menghabiskan waktunya dengan merawat kebun rumahnya. (Sumber: Media Sosial)

Mantan tahanan itu hanya menjalani tahanan rumah selama 32 bulan sebelum akhirnya ditangkap kembali dan dijatuhi hukuman seumur hidup pada tahun 2014. (Sumber: Media Sosial)

Barghouthi belajar bahasa Ibrani dan Inggris di dalam penjara, serta mulai mempelajari sejarah di Universitas Al-Quds Terbuka pada tahun 2011. (Sumber: Media Sosial)

Selama bertahun-tahun dalam tahanan, Barghouthi kehilangan kedua orang tuanya tanpa dapat mengucapkan perpisahan, serta banyak kerabatnya. (Sumber: Media Palestina)

Istri Nael mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya atas ketidakadilan yang terus menimpa suaminya, yang kini berusia lebih dari 68 tahun dan masih mengalami berbagai bentuk penyiksaan psikologis serta fisik. (Sumber: Media Palestina)