Spirit of Aqsa, Turki – Pengkritik kebijakan luar negeri Turki harus berhenti mendiskreditkan Ankara karena kondisi di kawasan mengharuskan Turki untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan. Hal tersebut disampaikan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdoga, pada pada Kamis (17/9).
“Mereka berkata, ‘Mengapa Turki terlibat di Suriah, Libya, Mediterania Timur, Afrika, Balkan, Kaukasus, dan Asia Tengah?” ujar Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pertemuan dengan kepala DPD Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di ibu kota Ankara.
“Jika Turki mundur, apakah Suriah akan menemukan perdamaian dan kebebasan?,” tanya Erdogan.
“Jika Turki membiarkan apa yang terjadi di Libya, akankah para pemberontak menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah yang sah?,” lanjut dia.
Menyinggung upaya Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mencoba menghalangi tujuan dari kebijakan luar negeri Turki, Erdogan mengatakan, “Jika Turki mundur, akankah Prancis mengakhiri politiknya yang menyimpang akibat pemimpinnya dan beralih ke kebijakan yang bertanggung jawab?”
“Jika semua pertanyaan ini bisa dijawab dengan ‘ya’ dengan realistis dan tulus, maka kita perlu meninjau kembali kebijakan yang telah kita jalani,” kata Erdogan.
Erdogan juga menuntut Uni Eropa agar meninggalkan standar ganda terhadap Turki.
Turki telah memberikan dukungan kepada pemerintah sah Libya di ibu kota Tripoli melawan jenderal pemberontak Khalifa Haftar, yang mana pasukannya melakukan kejahatan perang.
Sejak 2016 Turki juga telah mengirim pasukan melintasi perbatasan selatannya ke Suriah untuk menghilangkan ancaman terhadap penduduk setempat dari teroris YPG/PKK dan mencegah mereka membentuk koridor teroris di perbatasan Turki.
Turki juga mengirimkan kapal bor ke Mediterania Timur untuk menegaskan haknya atas sumber daya di kawasan melawan klaim bahwa pulau-pulau kecil Yunani di sebelah pantai Turki mencabut hampir semua hak yurisdiksi maritim Turki di kawasan itu.
Pengkritik kebijakan luar negeri Turki di Uni Eropa, terutama Prancis, telah menentang upaya ini, sementara mengabaikan ancaman teroris di dekat Turki, pengiriman senjata ilegal ke Libya yang memicu pemberontakan, dan upaya pendudukan Yunani untuk membatasi Turki di pantainya menggunakan argumen yang bertentangan dengan hukum dan logika.