Ribuan demonstran turun ke jalan di Tel Aviv pada Senin (10/2) malam, menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menuntaskan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas.

Para pengunjuk rasa membakar ban di depan Kementerian Pertahanan dan menutup Jalan Begin, salah satu jalan utama di kota tersebut.

Demonstran membawa spanduk bertuliskan “Bebaskan Mereka Semua Sekarang” dan “Cukup Perang”, serta meneriakkan slogan-slogan yang menuding pemerintah Israel telah menggagalkan kesepakatan. “Netanyahu telah menghancurkan perjanjian ini!” seru mereka.

Dalam pernyataan resmi, kelompok keluarga tawanan Israel di Gaza meminta negara-negara mediator untuk segera menyelesaikan perbedaan dengan Hamas agar proses pertukaran bisa kembali berjalan.

Hamas Tunda Pembebasan Tawanan

Gelombang protes ini terjadi setelah juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, mengumumkan bahwa kelompoknya menunda pembebasan kelompok keenam tawanan Israel yang semula dijadwalkan pada Sabtu (15/2).

Keputusan ini, kata Abu Ubaida, diambil karena Israel terus melanggar kesepakatan, termasuk menunda kepulangan pengungsi ke utara Gaza, menargetkan mereka dengan serangan udara, serta tidak memenuhi komitmen kemanusiaan yang telah disepakati.

Kekecewaan di Kalangan Mediator

Laporan media Israel menyebutkan bahwa mediator, termasuk Qatar dan Mesir, kecewa dengan sikap Israel yang menunda pembicaraan tahap kedua kesepakatan.

Delegasi Israel yang baru saja kembali dari Doha disebut menerima instruksi dari Netanyahu untuk tidak membahas kelanjutan tahap kedua.

“Misi utama mereka adalah mencegah krisis negosiasi. Namun, seperti yang kita lihat dari pengumuman Hamas, upaya itu gagal,” kata sumber yang dikutip Kan News.

Kesepakatan awal antara Hamas dan Israel, yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu, mencakup gencatan senjata selama enam minggu dan pembicaraan tidak langsung mengenai tahap kedua. Namun, menurut mediator, Israel telah mengulur waktu dan menghindari pembahasan lanjutan.

Syarat Netanyahu dan Dugaan Manuver Politik

Netanyahu dijadwalkan menggelar rapat kabinet keamanan pada Selasa (11/2) untuk membahas syarat Israel dalam perundingan tahap kedua. Laporan Maariv menyebutkan bahwa syarat tersebut mencakup pengusiran pimpinan Hamas dari Gaza, pembubaran sayap militer kelompok itu, serta perlucutan senjatanya.

Di sisi lain, beberapa menteri dalam pemerintah Israel mengklaim bahwa tahap kedua kesepakatan sudah disepakati sejak awal, termasuk rencana penarikan pasukan Israel dari Gaza setelah 42 hari.

“Dokumen menunjukkan bahwa tentara Israel akan keluar dari Koridor Philadelphia di selatan Gaza pada hari ke-50, bertentangan dengan klaim Netanyahu,” tulis Israel Hayom.

Hamas Kirim Sinyal ke Trump?

Dalam laporan terpisah, Axios mengutip seorang pejabat Israel yang menduga bahwa keputusan Hamas menunda pembebasan tawanan merupakan respons terhadap rencana mantan Presiden AS Donald Trump terkait Gaza.

Sementara itu, Jerusalem Post mengutip pejabat Israel lainnya yang meyakini bahwa Hamas tidak berniat membatalkan kesepakatan, melainkan hanya ingin menekan mediator dan Washington.

“Ini adalah sinyal bagi Trump bahwa Hamas tetap menuntut kelanjutan perundingan,” ujarnya.

Di tengah ketegangan ini, Channel 12 Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel masih percaya bahwa krisis ini bisa diselesaikan.

“Jika Hamas ingin menggagalkan kesepakatan, mereka akan melakukannya di detik terakhir, bukan lima hari sebelumnya,” kata seorang pejabat Israel.

Sumber: Al Jazeera, media Israel

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here