Ketika bom Israel tak henti menghantam Gaza sejak 7 Oktober 2023, suara rakyat dunia justru makin lantang: Gaza tidak sendiri. Dari Afrika Utara hingga Eropa Barat, konvoi dan aksi jalan kaki lintas negara menjelma menjadi gelombang perlawanan global terhadap genosida yang didukung oleh kekuatan besar.
Konvoi besar bertajuk “Qafilat as-Shumud” atau Konvoi Keteguhan kini telah mencapai Zliten, Libya, bergerak dari Tunis menuju Rafah, meski dihadang tekanan diplomatik dan militer. Konvoi ini muncul bersamaan dengan aksi jalan kaki dari Den Haag ke Jenewa dan insiden serangan Israel terhadap kapal bantuan “Maddeline.”
Mantan Presiden Tunisia Moncef Marzouki menyebut semua ini bukan sekadar aksi protes biasa, melainkan “hantaman moral besar” bagi Israel dan sekutunya. Pesannya jelas: Gaza tidak sendiri. Dunia Arab mulai bergerak. Dan dunia Barat mulai ragu.
“Jika Israel terus melampaui batas, ia akan dihadapkan pada penolakan dan kehinaan total,” tegas Marzouki.
Di sisi lain, Direktur Kampanye Solidaritas Palestina Inggris, Ben Jamal, menyatakan bahwa Israel kini negara nakal internasional yang kehilangan legitimasi. Dunia, katanya, mulai menuntut pemutusan kerja sama militer dan ekonomi dengan Tel Aviv.
Namun Jamal juga menekankan bahwa simbol tidak cukup. Yang dibutuhkan adalah aksi konkret untuk menghentikan genosida, memaksa penarikan militer Israel, dan membuka jalur bantuan melalui PBB.
Mesir Dihadapkan pada Pilihan Strategis
Mesir kini menjadi kunci. Jika mengizinkan konvoi lanjut, tekanan pada Kairo mereda. Tapi jika menghentikannya? Dunia akan bertanya, berdiri di pihak siapa Mesir sebenarnya?
Konvoi berisi lebih dari 1.500 relawan dari Tunisia dan Aljazair, didukung ratusan kendaraan. Marzouki memperingatkan, “Jangan sampai Mesir terseret ke konfrontasi kalah.”
Israel dilaporkan sudah meminta Kairo menghentikan konvoi. Bahkan militer Libya pimpinan Haftar diduga akan digerakkan untuk menghadangnya. Tapi seperti bola salju, rakyat sudah bergerak. Menghentikannya berarti memicu badai yang lebih besar.
Rakyat Tak Akan Diam Lagi
Marzouki menyebut rezim-rezim Arab keliru jika menganggap rakyat telah kalah sejak Musim Semi Arab.
“Jika kalian terus melanggengkan normalisasi di tengah genosida, kalian sedang menggali kubur sendiri,” tegasnya.
Aliansi global dari 80 negara kini meluncurkan Long March to Gaza, misi berjalan kaki massal menuju Gaza. Ini bukan sekadar solidaritas; ini adalah sejarah yang sedang ditulis rakyat dunia.
Genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 182 ribu warga Gaza tak lagi bisa ditutupi. Dunia melihat, rakyat bergerak, dan kejahatan itu kini berdiri telanjang di hadapan sejarah.