Spirit of Aqsa, Palestina – Penjajah Israel mengintrigasi Imam Besar Masjid Al-Aqsa, Syekh Ikrimah Sabri, terkait keputusan beliau shalat di Bab Al-Rahma dan Khutbahnya di Masjid Al-Aqsa. Introgasi itu berlangsung pada Ahad (10/10). Penjajah Israel lalu hendak mendeportasi syekh Ikrimah. Namun ia menolak.
Dia menjelaskan, interogasi fokus pada masalah yang terjadi di Bab Al-Rahma. Mereka mengklaim sudah ada keputusan pengadilan Israel untuk menutup tempat itu. namun Syekh Ikrimah membantah dan menyebut Bab al-Rahma terbuka dan merupakan bagian dari Masjid Al-Aqsa.
Intelijen penjajah Israel juga menginterogasi beliau tentang pergerakan di antara masjid-masjid. Mengenai hal itu Syaikh Sabri menjawab, “Saya berkhotbah di masjid mana pun yang mengundang saya ke sana. Perjalanan saja ke masjid-masjid lain termasuk dalam tugas keagamaan saya.”
Pada pukul setengah enam pagi, intelijen penjajah Israel menyerbu rumah Syaikh Sabri. Mereka menyerahkan surat pemberitahuan untuk menghadap pihak intelijen Israel di pusat interogasi al-Maskobiya.
Interogasi terhadap Syaikh Sabri berlangsung selama sekitar lima jam, fokus pada kehadirannya di Masjid al-Aqsha. Pihak penjajah Israel mengklaim bahwa kehadirannya di Masjid al-Aqsha menyebabkan ketegangan, kekacauan dan merupakan pelanggaran keamanan. Pihak penjajah Israel juga mengklaim bahwa khutbah dan ceramahnya provokatif dan menghasut.
Penjajah Israel membebaskan Syaikh Sabri setelah keluar keputusan dari intelijen penjajah Israel untuk mendeportasi dirinya dari Masjid al-Aqsha selama sepekan, dan dapat diperpanjang selama beberapa bulan.
“Mereka berusaha agar saya menandatangani keputusan pendeportasian diri saya. Akan tetapi saya menolak keputusan tersebut. Itu adalah keputusan yang tidak sah, bertentangan dengan kebebasan beribadah dan hak saya untuk sholat di al-Aqsha. Itu merupakan pembatasan kebebasan beribadah, dan itu mengganggu urusan agama dan tugas saya,” kata Syekh Ikrimah.
Syaikh Ikrimah menegaskan, yang menjadi sebab ketegangan dan kekacauan keamanan adalah keputusan dan pelanggaran yang dilakukan penjajah Israel. Dia menambahkan, “Kehadiran kami di al-Aqsha adalah untuk ibadah bukan untuk membuat ketegangan. Namun ketegangan itu muncul akibat campur tangan otoritas penjajah Israel dalam urusan agama kami.”
Sebelumnya otoritas penjajah Israel telah mencegah Syaikh Sabri bepergian selama empat bulan, dengan dalih bahwa “aktivitasnya memusuhi dan menimbulkan ancaman bagi keamanan entitas penjajah Israel.”
Syaikh Sabri juga pernah ditangkap beberapa kali oleh penjajah Israel. Yang terakhir terjadi pada tanggal 10 Maret lalu. Dia juga dideportasi berulang kali dari Masjid al-Aqsha dan sekitarnya selama beberapa bulan.