Spirit of Aqsa, Palestina- Yahudisasi terhadap Masjid Al-Aqsha sedang berlangsung. Itu bertujuan untuk menciptakan perubahan mendasar di dalam Al-Aqsa, baik dari sisi historis maupun status quo kiblat pertama umat Islam itu.
Zionis Israel juga ingin memperluas kedaulatan penuh Israel atas Al-Aqsa. Yahudisasi itu diikuti dengan berbagai pelanggaran. Para penjajah ingin membuat framing sejarah untuk menciptakan dukungan eksistensi historis Yahudi di Al-Aqsa.
Di antara pelanggaran tersebut adalah penggalian dan terowongan dari semua sisi yang mengelilingi Masjid Al-Aqsha dan Kota Tua di atas dan di bawah tanah.
Baru-baru ini, terungkap bahwa retakan baru muncul di lantai Masjid Al-Aqsha, sebagai akibat dari penggalian terus menerus yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel di bawahnya.
Khatib Masjid Al-Aqsha, Syaikh Ikrima Sabri, mengatakan bahwa penggalian yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel di bawah Masjid Al-Aqsha adalah penyebab langsung terjadinya retakan. Dia mengungkapkan ketakutannya bahwa penggalian tersebut akan merusak pondasi Masjid Al-Aqsha.
Dia menambahkan, “Tidak ada keraguan bahwa sebagai hasil dari penggalian, fondasi utama masjid telah terbuka, dan ini dapat menyebabkan runtuhnya masjid.”
Dia menyatakan bahwa tujuan utama dari penggalian yang dilakukan pendudukan Israel ini adalah “untuk mencari jejak peninggalan Yahudi, tetapi mereka belum menemukan jejak peninggalan atau batu sejarah Yahudi kuno, meskipun penggalian secara ekstensif telah berlangsung sejak pendudukan kota suci al-Quds pada tahun 1967.”
Sabri, yang juga menjabat sebagai ketua Komite Islam di Al-Quds, menambahkan, “Sejalan dengan penggalian menyeluruh yang dilakukan otoritas pendudukan Israel di seluruh area, termasuk di bawah masjid dan sekitarnya, mereka mencegah warga Palestina masuk ke dalam masjid dengan dalih yang dibuat-buat.”
Batu Dinding Masjid Jatuh
Yahudisasi terhadap Masjid Al-Aqsha sedang berlangsung, dengan tujuan untuk menciptakan perubahan mendasar di dalamnya, dan memperluas kedaulatan penuh Israel atasnya, melalui banyak pelanggaran, sebagai upaya untuk menciptakan narasi yang mendukung eksistensi historis Yahudi di dalamnya.
Di antara pelanggaran tersebut adalah penggalian dan terowongan dari semua sisi yang mengelilingi Masjid Al-Aqsha dan Kota Tua di atas dan di bawah tanah.
Baru-baru ini, terungkap bahwa retakan baru muncul di lantai Masjid Al-Aqsha, sebagai akibat dari penggalian terus menerus yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel di bawahnya.
Syaikh Ikrima Sabri, mengatakan bahwa penggalian yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel di bawah Masjid Al-Aqsha adalah penyebab langsung terjadinya retakan. Dia mengungkapkan ketakutannya bahwa penggalian tersebut akan merusak pondasi Masjid Al-Aqsha.
Dia menambahkan, “Tidak ada keraguan bahwa sebagai hasil dari penggalian, fondasi utama masjid telah terbuka, dan ini dapat menyebabkan runtuhnya masjid.”
Dia menyatakan bahwa tujuan utama dari penggalian yang dilakukan pendudukan Israel ini adalah “untuk mencari jejak peninggalan Yahudi, tetapi mereka belum menemukan jejak peninggalan atau batu sejarah Yahudi kuno, meskipun penggalian secara ekstensif telah berlangsung sejak pendudukan kota suci al-Quds pada tahun 1967.”
Sabri, yang juga menjabat sebagai ketua Komite Islam di Al-Quds, menambahkan, “Sejalan dengan penggalian menyeluruh yang dilakukan otoritas pendudukan Israel di seluruh area, termasuk di bawah masjid dan sekitarnya, mereka mencegah warga Palestina masuk ke dalam masjid dengan dalih yang dibuat-buat.”
Batu Dinding Masjid Jatuh
Jamal Amr, guru besar arsitektur di Universitas Birzeit, mengatakan bahwa retakan lama baru ini mengungkap bahayanya penggalian yang dilakukan oleh pendudukan Israel di bawah Masjid Al-Aqsha, khususnya di sisi barat dan barat daya masjid al-Kibli, yang jumlahnya ada 56 galian.
Dalam wawancara eksklusif dengan Pusat Informasi Palestina, Jamal Amr menjelaskan bahwa bangunan ini adalah peninggalan sejarah dan warisan, di mana pada bangunan ini tidak ada beton bertulang atau kolom beton, dan tidak ada kohesi di dalamnya. Setiap ada lubang (pengosongan) yang terjadi di tanah pasti akan menyebabkan retakan. Inilah yang pertama terjadi di rumah-rumah warga.
Kemudian di pelataran Al-Aqsha, pelataran Abu Bakar Al-Siddiq, tangga Majelis Islam, di musala wanita “Ribat Al-Nisa” dan di Museum Islam. Sekarang hal itu terjadi di area barat masjid. Dan itu bukan sesuatu yang aneh karena diperkirakan akan terjadi dengan berlanjutnya penggalian, dan sudah berulang kali diperingatkan akan bahaya penggalian ini.
Dia menambahkan bahwa pendudukan Israel telah menguasai koridor-koridor yang terletak di bagian bawah Al-Aqsha yg sudah ada sejak era Umayyah, di seluruh daerah yang melandai ke barat, selatan dan timur, di ruang mushalla Marwani yang terletak di bagian bawah dari sudut tenggara Masjid Al-Aqsha, dan ruang shalat lama yang terletak di bawah ruang shalat Al-Qibli, kemudian koridor terseut memanjang dari tempat shalat Al-Qibli ke Tembok Al-Buraq, dan ini merupakan hal yang sangat berbahaya.
Amr menunyatakan bahwa koridor ini memiliki jendela-jendela dari Tembok Al-Buraq yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsha. Pendudukan mengontrolnya dan menyebutnya sebagai “Tembok Ratapan”. Dia mengingatkan bahwa koridor ini benar-benar tertutup dari ruang shalat al-Qibli hingga gerbang barat (Mughrabi). Pendudukan Israel telah mencegah siapa pun mengaksesnya sejak 1967.
Retakan ini terus terjadi selama musim panas dan tanpa faktor lingkungan apa pun yang membantu. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan yang sangat berbahaya di area koridor yang terletak di wilayah barat. Amr memperingatkan bahwa ini terjadi dalam kerangka larangan Israel secara total terhadap proses perbaikan dan renovasi, dan mencegah pegawai Palestina mengaksesnya.
Sejarah Penggalian
Penggalian pendudukan Israel di Al-Quds ini sudah dilakukan sejak beberapa dekade, dengan tujuan mencari sisa-sisa “Kuil” Yahudi yang mereka klaim ada di lokasi Masjid al-Aqsha.
Sebagai upaya untuk menemukan bukti atau sisa-sisa bukti tentang Tanah yang dijanjikan serta Kuil Pertama dan Kedua, maka penggalian yang paling utama dilakukan berpusat di sekitar Masjid Al-Aqsha dari sisi barat, dan perkampungan selatan terdekat atau yang disebut kota Silwan
Insinyur Kolonel Charles Warren, adalah salah satu arkeolog terkemuka yang melakukan penggalian ini. Tujuannya difokuskan pada area Masjid Al-Aqsha. Hal terpenting yang dia gali, menurut yang dia ungkap dalam bukunya berjudul “Jerusalem Treasures” pada tahun 1871, yang paling terkenal adalah sumur air yang tersambung di sumber air Silwan. Kemudian dia melakukan penggalian vertikal dan terowongan horizontal menuju dinding Masjid Al-Aqsha di sisi timur, selatan dan barat. Dia mengungkap sebuah terowongan di dekat Gerbang Silsilah, salah satu gerbang al-Aqsha.
Selain itu, ada penggalian Pastor Vincent, dan lainnya pada masa pendudukan Inggris, dan penggalian Jerman, serta pada periode Yordania, yang paling terkenal adalah penggalian Kathleen Kenyon di daerah Bukit Silwan.
Sejak pendudukan seluruh Al-Quds pada tahun 1967, penggalian mulai dilakukan pendudukan Israel. Yang pertama adalah penghancuran perkampungan Al-Mughrabi di sebelah barat Masjid Al-Aqsha dan Tembok Al-Buraq, serta penghancuran peninggalan dan properti Arab dan Islam kuno.
Kemudian, pada akhir tahun 1967 dan awal tahun 1968, penggalian besar-besaran dimulai di selatan dan barat Al-Aqsha, mencapai kedalaman 14 meter, ditemukan sisa-sisa istana Umayyah, termasuk batu-batu raksasa.
Penggalian terus berlanjut ke segala arah di sekitar Masjid Al-Aqsha di atas dan di bawah tanah. Demikian “menurut laporan yang dipublikasikan di situs web Al Jazeera Net berjudul: “The Israel Excavations Under Jerusalem and Al-Aqsha 2016”. (Admin/Palinfo)