Ketua Biro Politik Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan pernah lenyap, dan perjuangan mereka untuk meraih hak-hak sahnya akan terus berlanjut. Ia menyerukan agar para pemimpin Israel diadili secara hukum internasional atas kejahatan yang dilakukan terhadap warga Palestina.
Berbicara dalam Kongres Nasional Arab di Beirut pada Jumat (8/11), al-Hayya menggambarkan Gaza sebagai wakil kehormatan umat, yang berdiri tegak di hadapan tirani.
“Gaza kini terluka, tapi tetap agung dan bertahan,” ujarnya.
Ia menggambarkan kondisi warga Gaza yang tengah mencari tempat berlindung, seteguk air, sepotong roti, dan sedikit obat di antara reruntuhan rumah dan pasir yang berlumur darah para syahid. Menurutnya, dunia tidak boleh diam melihat kejahatan itu, dan Israel beserta para pemimpinnya harus dimintai pertanggungjawaban di pengadilan kejahatan perang.
Tentang “Thufan Al-Aqsa”
Menyinggung Operasi Thufan Al-Aqsa yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023, al-Hayya menyebutnya sebagai reaksi atas upaya menghapus dan menyingkirkan isu Palestina dari kesadaran dunia.
“Peristiwa itu,” katanya, “mengingatkan dunia bahwa tak akan ada keamanan dan stabilitas tanpa keadilan bagi rakyat Palestina, tanpa kemerdekaan, tanpa hak kembali bagi para pengungsi, tanpa kebebasan menentukan nasib sendiri.”
Menurutnya, operasi tersebut mengguncang narasi palsu yang selama ini mendominasi dan membangkitkan kembali kesadaran kemanusiaan global terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Al-Hayya menutup dengan seruan: dunia memiliki tanggung jawab moral dan sejarah untuk menghentikan agresi, membantu membangun kembali Gaza, dan mendukung perjuangan menuju kepulangan dan pembebasan.










