Sinyal kemenangan mulai terasa di udara Timur Tengah. Setelah berbulan-bulan perang tanpa jeda, langkah kecil menuju jeda senjata kini tampak di cakrawala. Ahad malam (5/10), delegasi tingkat tinggi Hamas yang dipimpin Khalil al-Hayya tiba di Mesir, disusul keesokan harinya oleh tim negosiasi Israel. Keduanya dijadwalkan mengikuti pembicaraan tidak langsung di bawah mediasi Mesir dan Amerika Serikat, membahas mekanisme implementasi rencana perdamaian Presiden Donald Trump untuk menghentikan perang di Gaza.

Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa kedatangan mereka bertujuan untuk membahas penghentian agresi, penarikan pasukan pendudukan, dan pertukaran tawanan. “Kami datang dengan niat tulus untuk mencari akhir yang adil bagi penderitaan rakyat Gaza,” tulis pernyataan itu.

Dari pihak Israel, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (yang kini diburu Mahkamah Pidana Internasional) mengumumkan bahwa delegasi yang dipimpin Menteri Urusan Strategis Ron Dermer akan berangkat ke Sharm el-Sheikh pada Senin pagi. Langkah ini mengonfirmasi adanya kesiapan Israel untuk kembali ke meja diplomasi, meski diwarnai tekanan politik dari dalam negeri.

Menurut laporan Axios yang mengutip sumber dari Gedung Putih, perkembangan pembahasan rencana Trump sejauh ini dinilai positif. Seorang pejabat AS mengatakan semua pihak menunjukkan itikad baik dan “percaya bahwa kesepakatan mengenai Gaza semakin dekat.”Dua

Dua utusan khusus Trump (Steve Witkoff dan Jared Kushner) dijadwalkan bergabung dalam pertemuan di Mesir pada Selasa atau Rabu. Washington dikabarkan terus menekan Israel dan Hamas untuk mempercepat pelaksanaan perjanjian tanpa penundaan.

Netanyahu Didesak, Militer Israel Bersiap

Meski begitu, situasi politik di Israel masih penuh tarik menarik. Harian Israel Hayom melaporkan bahwa Netanyahu bersikeras tidak akan melangkah ke tahap mana pun dalam rencana Trump sebelum semua sandera (hidup maupun tewas) dikembalikan.

Media penyiaran publik Israel juga melaporkan bahwa Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan sejumlah anggota kabinet sayap kanan telah memberikan lampu hijau untuk melanjutkan tahap pertama kesepakatan. Namun, mereka menuntut jaminan agar Israel bisa kembali berperang jika Hamas menolak melucuti senjata.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz menegaskan bahwa tahap akhir dari rencana Trump mencakup pelucutan senjata Hamas dan keberadaan pasukan Israel di beberapa zona strategis Gaza.Kepala

Kepala Staf Angkatan Darat Eyal Zamir, dalam inspeksi militernya di Gaza, mengaku operasi telah “berubah arah” tanpa benar-benar menghentikan tembakan. Ia memperingatkan, “Jika pembicaraan gagal, kami siap kembali berperang.”

Hamas Siap Tukar Tawanan dan Bentuk Pemerintahan Baru

Pekan lalu, Trump memaparkan secara resmi rencana “perdamaian bertahap” yang mencakup penghentian tembakan, pertukaran sandera, dan pelucutan senjata Hamas sebagai bagian dari kesepakatan jangka panjang.

Menanggapi hal itu, Hamas menyatakan kesediaannya untuk membebaskan semua tawanan Israel, baik hidup maupun gugur, serta menyerahkan administrasi Gaza kepada pemerintahan teknokrat Palestina independen dengan dukungan nasional serta payung politik Arab-Islam.

“Tujuan kami bukan sekadar gencatan senjata,” tulis Hamas dalam pernyataannya, “tetapi memastikan Gaza kembali hidup dengan martabat dan tanpa pendudukan.”

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here