Sementara peringatan demi peringatan dari lembaga internasional terus bergema, kenyataan di Gaza tak lagi bisa disangkal: kebijakan pengepungan dan kelaparan telah berubah menjadi senjata pembunuh massal yang menargetkan anak-anak. Di balik blokade yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan penutupan rapat pintu-pintu bantuan, angka kematian terus naik, dan suara jeritan perut kosong semakin memekakkan hati siapa pun yang masih memiliki nurani.

Data terbaru dari lembaga PBB menunjukkan lebih dari satu juta anak Gaza kini berada di ambang kelaparan. UNICEF menggambarkan situasi ini sebagai “kenyataan yang mengerikan”, di mana lebih dari 70 ribu anak menderita kekurangan gizi akut, dan lebih dari 5.000 anak di bawah lima tahun didiagnosis mengalami kondisi ini hanya dalam bulan Mei lalu. Mereka bukan sekadar angka, mereka adalah tubuh-tubuh kecil yang mengerut, napas-napas lemah yang sekarat dalam diam, karena dunia tak juga bertindak.

UNRWA menegaskan: anak-anak adalah korban paling rapuh dari bencana ini. Bantuan pangan dan medis tak bisa menjangkau mereka karena blokade militer Israel yang brutal dan sistematis. Dalam 48 jam terakhir saja, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 20 jiwa syahid karena kelaparan, termasuk puluhan anak yang tak lagi kuat menahan lapar. Total kematian akibat kelaparan telah mencapai 86 orang, dengan 76 di antaranya adalah anak-anak. Angka yang terus bertambah seiring nihilnya nutrisi dan tiadanya akses pengobatan.

Di sudut-sudut kamp pengungsian, cerita memilukan terus bermunculan—bayi-bayi yang meregang nyawa setelah berhari-hari hanya diberi air rebusan herbal karena susu formula telah habis, dan para ibu yang menyusui dalam keadaan tubuhnya sendiri kelaparan.

Program Pangan Dunia menyebutkan bahwa sepertiga warga Gaza tak makan selama beberapa hari berturut-turut, dan seperempat dari mereka kini hidup dalam kondisi yang secara teknis sudah tergolong kelaparan massal. Ini bukan hanya krisis pangan, ini adalah kehancuran menyeluruh terhadap fisik, jiwa, dan harapan anak-anak.

WHO memperingatkan: krisis ini akan memburuk dengan cepat jika bantuan gizi dan medis tidak segera diperbolehkan masuk. Lebih dari 100 ribu anak dan ibu hamil kini berada dalam kondisi malnutrisi berat, dan hidup mereka menggantung di ujung nyawa.

Banyak pihak menuduh Israel sengaja menjadikan kelaparan sebagai senjata. Laporan dari berbagai organisasi, termasuk Amnesty International, telah mendokumentasikan bukti tentang kebijakan kelaparan sistematis terhadap warga sipil. Itu bukan hanya pelanggaran hukum internasional, itu adalah tindakan yang masuk dalam kategori kejahatan genosida.

Dan saat dunia masih berkutat dengan “kecaman” tanpa aksi, derita anak-anak Gaza terus meradang. Foto-foto tubuh mungil yang mengerut, wajah-wajah pucat yang menanti ajal dalam pelukan ibu mereka, kini bukan sekadar dokumentasi, melainkan tuduhan bisu terhadap kemanusiaan yang gagal bertindak.
